Monday, November 11, 2024

Tentang Teh

Tea is one of the most frequently used word for me lately at work, simply because we share "tea" to each other especially my closest coworkers hahaha.

But I also have a story about the actual tea. Let me tell you...

Sebagai warga yang seumur hidupnya cuma minum teh kantong/kemasan, pengetahuan teh-tehan dari teman teman Chinese di kantor jadi sangat menarik.

Misalnya saja soal "tea washing". Sesuatu yang tidak pernah ada di budaya saya karena ya teh cuma diseduh dari kantongnya, atau ditaruh di saringan dan diguyur air panas kemudian ditambahkan gula.

Sedangkan di sini setiap makan di restoran cina, Joey akan memperagakan bagaimana gelas minum teh akan diguyur terlebih dahulu dengan seduhan pertama teh dalam poci menggunakan air mendidih yang diambil sendiri dari dispenser stainless berbentuk kotak besar. Dispenser ini biasanya ada beberapa di sekitar restoran tersebut. Setelah itu seduhan pertama "tea washing" ini, barulah teh diseduh kembali untuk kita minum. Tentu saya tidak paham kenapa harus begitu pada awalnya. Sampai akhirnya hari ini kawan kerja membawa "duck-shit oolong tea". Haha, sebentar saya akan kembali pada duck-shit ini. Jadi aktivitas tea washing menurut penjelasan seorang teman, dilakukan untuk membersihkan daun teh kering sebelum kita minum, dibilas dulu -- yang merupakah hal masuk akal kalau dipikir bahwa teh tersebut sebelumnya dipetik dipohon kemudian dikeringkan bisa jadi ada impurities yang terikut sehingga seduhan pertama berfungsi untuk meminimalisirnya. Untuk jenis teh tertentu yang tergorong cukup bersih, tidak tehnya bisa langsung diminum, misalnya si "duck shit oolong tea" tadi. Hal yang tidak ada di budaya saya.

Siang tadi, setelah minum segelas teh yang kami seduh, saya sempat mengais dedaunan yang masih mengendap di dasar gelas. It's literally daun kering seperti foto di bawah. Masih bisa terlihat jelas bahwa sebelumnya daun tersebut berawarna hijau dan seketika saya terkesima. Saya jadi teringat bagaimana dulu ibu akan menyeduh teh untuk dijual di kantin. Daun tehnya terlihat sangat kering dan sudah terpotong potong tipis, yang mana setelah diseduh ampas daunnya pun hanya seeperti gumpalan bunga rampai berwarna coklat pekat. Kemudian saya tersadarkan kenapa banyak teh berharga tinggi dan betapa selama ini saya cuma minum teh kualitas rendah hahahah!

Dari teman teman saya di sini, saya baru tahu kalau teh ada sangat banyak jenisnya, banyak tipe rasanya, banyak gunanya. Ada teh yang bikin sulit tidur jadi tidak baik diminum malam, ada teh yang menenangkan dan cocok diminum sebelum tidur. Saya juga baru tahu kalau beda jenis teh maka beda teman minumnya. Ada teh yang bisa diminum dengan susu, ada teh yang lebih nikmat dengan lemon dan madu.

Tadi saya berniat menambahkan susu kedalam oolong tea tadi, kawan saya sontak bilang "add milk your head". HAHAHA

Kembali soal "duck shit oolong tea". Bisakah kalian menebak kenapa tehnya dinamai seperti itu?

Tebakan saya pada awalnya -- tentu karena juga saya anak kampung yang familiar bagaimana kotoran hewan dijadikan pupuk -- mungkin karena menggunakan pupuk kotoran bebek. Dan ya, sesederhana itu.... Katanya kotoran bebek sangat baik sebagai pupuk pohon teh. 

Bahkan sebelum benar benar belajar soal teh sudah banyak sekali hal menarik yang saya dapat dari sekitar. Mungkin ini saatnya membaca "Teh dan Pengkhiat"?


Klang, 11/11/24
Readmore → Tentang Teh

Thursday, October 3, 2024

About Compliment

A meeting just called off as our China counterpart is on public holiday this whole week and instead of utilizing the timeslot for preparing my training deck, I feel the urge of writing something about work, a quick one.

Work lately is a like roller-coaster ride--um, although I never did one, but that's how people would call it. In my description it would be, "one day I learn to do one thing, struggling, cry, then sunshine. The next day I had to repeat as they assigned me to do a new one". Yeah, like a normal work we all do, nothing so serious about it, it's just work.

But work also have fun part! As they also said, if you don't like your job, you wasted one third of your life.
So here I am typing one of the fun parts I appreciate from my current job: Compliment.

I first encountered how people complimenting to each other is when I moved to Sydney. I still remember how at that time when people gave me compliment, I did not know how to respond. I would only say "thank you", which I feel like ending the conversation in "just like that" way. It's such a waste of flow. There should have been more talks from there. I should have utilized that as a starting point to talk more to people and make friends. But I did not. 

Coming back home, it was covid, I did not connect much with new people face to face.  New job and coworkers were online. Life was online. 

I still struggle how to do that compliment stuff. I tried, of course, but it was not very smooth this time because now I am back in Indonesia where most people will be shy when they get such compliment and don't really know how to reply back--just like me. Some conversation would look like this:

Me: kamu kacamata baru yaa? cakep deh!
The person: ah? enggak kok udah lama. (end)

Hahaha. Sounds familiar?
Actually it can be many reasons it went that way.
1) I did not sound genuine, 2) The person dont like to talk to me, 3) The person dont like to be noticed, 4) They just dont know how to reply--just like me. 

And probably that's how people in my culture ended up not verbally expressing compliment, which is actually fine.

Then I moved here in Malaysia, where my office mates are so diverse, coming from different nationalities and backgrounds. It's similar with Sydney days here.

Just like today, I walked from the pantry with my new tumbler and a coworker from her desk simply said "oh you tumbler is so cute!". 
Then I show her my tumbler, saying, "yeah, it's a gift! btw your umbrella [which she place nearby my workspace] also cute. I saw this morning."
Then she replied again, "[it's from Mr.] D.I.Y je.."
Then I said, "Oh, did not know D.I.Y got cute stuff like this one"

See... the compliment leads to knowledge that Mr DIY sell cute umbrella!

On the other event where I became an MC, some people came to me and say nice stuff about how I did at the end of the event. At that moment, my mind was, "Oh! Is this the way I should compliment people?? How come I just knew this way? I also want to compliment people for the great work and effort like that! Oh this feels so good to be appreciated! Next time I will use this method!!"

Yeah, every time, I feel like I learn how to give genuine compliment to each other. I think previously in my culture, when we see someone doing great or wearing nice stuff we just observe and appreciate it in our heart only. I did not know when it is expressed verbally, it would feel so good.

So yeah, now in my Malaysia office day, when I saw my friend did a stunning make up, I tell them. When I notice their KPI is shining, I would tell them they are so cool. I want to appreciate people as they should be appreciated. Because feeling appreciated feels so good!

Reflecting to those days in Sydney, I'm glad that now I could express compliment without feeling awkward at all. And it has been 5 years now :)

Port Klang, 3-Oct-2024





Readmore → About Compliment

Monday, April 22, 2024

First Half FY24 Workout Review

Pada recap 2023 tahun lalu saya menulis satu kalimat soal memulai olahraga di kuartal akhir. Tidak terasa separuh lebih FY24 sudah terlewat, tepatnya delapan bulan. Ternyata saya masih konsisten masuk kelas-kelas olahraga di setiap bulannya. Kadang skip 1-2 minggu biasanya karena pulang ke Jakarta/Bali atau kunjungan keluarga ke sini. 

Here is the recap from 1 September 2023 to 21 April 2024:




I attended total 44 classes, 2520 minutes 
missing 5 classes due to kecapean, kena macet, atau lagi males banget.


Top classes attended: Yoga, Pilates, Spin Class.
  • Yoga karena paling akesibel, studionya cuma 7 menit dari apartemen.
  • Pilates karena personal curiosity, pengen banget bisa mastering the class biar bisa bikin konten. Tapi sampai sekarang selalu meringis tiap reps. 
  • Spin class karena seru--probably related to adrenaline--bisa pushing myself to the limit and can scream especially in double time.
  • Honorable mention: Tennis, baru coba 3 kali, juga seru--penasaran karena belajar dari awal sekali, dari pegang raket. 2-hr session can burn 700+ calories.
The month I exercised the most: FEBRUARY (8 Classes)
Saya pernah post 1 tweet yang isinya ingin konsisten berolahraga minimal 4 kali seminggu. Kalau dilihat, ternyata bisa juga. Rata-rata 5.5 kelas per minggu. Oh I set the bar too low haha!



How do I feel about it?
Less guilty. 

To be honest my motivation originally was just to have something to do over the weekend. That time I broke up with my bf and I tried to have more activities to think less about it. I ended up back again with him and this weekend workout somehow stay. It only took 1-2hr of my morning in the weekend. Since I most of the time take the earliest class (7-8AM starts), it requires me to wake up early and the day then feels longer.

Then I also reflect on how my mom is staying fit in her 50s is also because she actively doing the aerobic/zumba/senam class 2-3 times weekly for yearsssss. I want to age like her and I can start now.

My workout frequency is considered light tho. But still I feel less guilty doing life with this routine. Less guilty that at least I tried hahaha.

But I feel like my "enough with less guilty" phase should stop here. I want to see improvements, numbers, pictures to show the impact. So probably my FY25 goal would be a documented progress and a more planned workout. It's difficult to catch up with all type of exercises if I only do weekend. Either I add more days or i focus in selected sports. Let's see.

So now, when there is a question of "what sports you do?"  or "how frequent you exercise?", I have exact answers. Haha. 

Probably I should review the studio/gym I visited? Let me know!

Oh ya, kelas kelas ini saya akses melalui aplikasi ClassPass. Jadi saya tidak harus berlangganan/membeli drop-in class di masing masing gym. Keuntungannya bisa mencoba sebanyak mungkin gym/studio dan berbagai jenis olahraga. ClassPass punya sangat banyak studio/gym dan juga salon/spa. Biaya langganannya pun menurut saya sangat "berbaloi" kalau bahasa orang sini, sangat sesuai dengan harga yang ditawarkan. Saya pernah beberapa kali membandingkan harga langganan ClassPass dengan harga keanggotaan beberapa gym yg juga tersedia di ClassPass dan hasilnya harganya lebih bagus ClassPass. Ditambah dengan variasi kelas yang ditawarkan, dahlah menang mereka. 

Di Jakarta juga ada cukup banyak kelas yang tersedia, loh. Apalagi Jaksel. 
In case you want to have a try, you can use this link to get extra 20 credits. Free trial for the first month: https://classpass.com/refer/I1RKVB7729 

Disclaimer:
This is not a sponsored post. I was not intended to write promotional post at the beginning. Suddenly it feel like want to share this info since I also knew this app years ago from my friend, Arum, without really checking that time. Apparently such info was useful in the future. Thanks Arum! :)




Readmore → First Half FY24 Workout Review

Tuesday, January 2, 2024

2023

Saya menulis catatan ini dalam perjalanan pulang dari HCMC. Sebenarnya draft tulisan penutup tahun sudah dipikirkan sedari beberapa hari lalu saat masih di Saigon, tapi selalu beralasan “ah tidak ada laptop untuk mengetik, ada yang kurang, nanti saja”. Tapi dipikir lagi, perjalanan ini akan makan waktu 2 jam, saya pun tidak mengantuk. Maklum, selama 3 malam di Saigon selalu tidur pukul 9 malam dan bangun pukul 6. Sangat ideal hahaha. Jadi saya putuskan untuk mengetik saja di perangkat genggam sebelum rasanya pudar. 

Sedari kemarin sebenarnya saya juga sudah sempat “drafting” pembuka tulisan di pikiran, bimbang apakah akan dalam bahasa Inggris atau Indonesia atau campuran keduanya. Tapi ternyata hari ini saya menulis dengan bahasa Indonesia. 

Oh ya, dari tadi saya beberapa kali menyebut HCMC/Saigon karena akhir tahun 2023 dihabiskan di kota ini. Perjalanan yang dadakan, nanti mungkin saya menulis lebih banyak tentang ini. 

Sekarang kembali lagi ke 2023. 
Sejujurnya, 2023 adalah tahun yang cukup mengagetkan untun saya. Tahun yang dimulai dengan ekspektasi sederhana agar bisa beradaptasi dengan baik dengan pekerjaan baru di Malaysia, ternyata diakhiri dengan banyak sekali hal hal tidak terduga yang menyenangkan. 

2023 saya mengharapkan 3 hal: baca, senang senang, kerja, dan belajar hal baru. Cukup senang sebagian besar kesampaian. 

1. Belajar mengemudi 
Pertama kali belajar menyetir mungkin kelas 2 SMA, tapi tidak pernah benar benar serius dan tidak pernah ada kepentingan untuk itu. Pun ketika kuliah, semua bisa dengan transportasi umum di Jakarta dan sekitarnya. Saat mulai bekerja di Bekasi, saya naik motor lagi karena pabrik jaraknya cuma 5 menit dari kosan. Setelah itu kuliah lagi di Sydney, makin merasa tidak butuh menyetir. Saat kembali ke Jakarta pun masih hangat hangatnya COVID, dapat pekerjaan yang sepenuhnya dikerjakan dari rumah. 

Sampai akhirnya pindah ke Malaysia. Tidak ada transportasi umum yang bisa saya andalkan dari tempat tinggal ke kantor. Bisa naik grab, tapi mahal dan tidak bisa fleksibel untuk berangkat dan pulang jam berapa. Selalu ada ketidakpastian tidak dapat driver. Tumpuan saya cuma satu saat itu, dibolehkan menumpang Mba Astri dari awal masuk kerja sampai setahun saya di sini. 

Sebenarnya, saya sudah mulai mendaftar kursus menyetir dari Mei, setelah lulus masa pecobaan selama 6 bulan. Dua hal ini penting untuk saya karena belajar menyetir di Malaysia ini cukup mahal, saya tidak rela menghabiskan hampir 10 juta rupiah tapi kalau ternyata tidak lulus masa percobaan, buat apa? Tapi apesnya, antrian di sekolah mengemudi rekomendasi semua rekan kerja saya ini antriannya panjang sekali dan proses administrasinya amat sangat ribet. 

Singkat cerita, saya baru punya sim di akhir Oktober dan mulai menyetir di awal November. Saya masih ingat bagaimana paniknya saat pertama kali test drive ditemani rekan kerja dan merekapun tegang sekali melihat kemampuan menyetir saya saat itu. Bagaimana saya berisik sekali karena panik saat membawa mobilnya ke rumah. 

Sekarang sudah 2 bulan menyetir dengan trayek utama tempat tinggal ke tempat kerja. Ini adalah salah satu pencapaian hard skill yang paling membanggakan tahun 2023. 

2. Mengajar 
Ada 2 kesempatan mengajar yang tidak pernah disangka sangka akan ada akan terjadi di tahun ini. Pertama Praktisi Mengajar, kedua menjadi dosen tidak tetap. Kedua pengalaman ini berharga sekali, saya jadi tahu seberapa jauh ketertarikan terhadap mengajar yang saya pikir oh saya sangat sukai dan nikmati. Ternyata tidak sesederhana itu. Mengajar, lengkap dengan persyaratan administrasinya, ternyata bukan hal yang mudah. Apalagi dengan kondisi bekerja fulltime. Selalu ada kehawatiran juga apakah yang saya sampaikan sudah benar dan berguna untuk mahasiswa. 

Mengajar secara paruh waktu mungkin tidak akan masuk sebagai prioritas di 2024 karena rasanya belum siap dengan segala tanggung jawabnya. Cukup untuk mencoba di 2023, dan mungkin akan kembali lagi nanti kalau sudah siap. 

3. Membayar penasaran -- dan senang senang 
2023 dibuka dengan mencoba punya tato, hal yang sudah lama terpikir tapi tidak pernah serius. Kemudian membeli quad roller skate yang sekarang sudah tidak pernah dimainkan lagi. Tapi saya senang sekali akhirnya melakukan hal hal yang dulu cuma di pikiran saja. Demi membayar rasa penasaran. 

Selain itu kuartal terakhir 2023 juga mulai ikut kelas untuk olahraga lagi. Semoga 2024 tetap Bisa konsisten. 

4. Menyanggupi komitmen 
Tidak ada yang ingin saya tulis di blog. Hehe. 

5. Pekerjaan 
Masih sering frustasi dengan pekerjaan, tapi bukan lagi soal merasa lambat seperti di awal 2023. Now that im well adapted, i need to perform hahaha. This is another thing I woudnt share much here. 

Ada banyak hal yang lebih yang ingin diwujudkan tahun 2024, lebih banyak harapan dibanding saat memulai 2023 kemarin. 
  1. Road trip di Malaysia: Melaka, Ipoh, Penang, East Coast. 
  2. Renang — dan snorkeling tanpa pelampung, syukur syukur kesampean open water diving
  3. Jalan kaki avg 5000 langkah sehari — ini belum tahu gimana caranya agar tidak malas 
  4. Konsisten olahraga 2 kali seminggu 
  5. Baca 1 buku 1 bulan. Target ini ada terus dari tahun ke tahun, tapi selalu tidak terpenuhi. Tahun 2023 ini sangat buruk, 0 book. 
  6. Disiplin sama uang. Rajin rajin catet spending dan menabung. Gak beli beli yang gak perlu, tolong banget ya ini. 
  7. Kerjaan baru (details not shared). AMIN.
Sekali lagi saya memulai tahun dengan banyak harapan dan menulis ini adalah salah satu hal supaya nanti bisa dibaca lagi, diingat lagi mau ngapain aja. Semoga satu satu bisa kesampaian.  

Ditulis di saat terbang dari HCMC menuju KL 

Dipost dari Subang Jaya 02 Jan 2024
Readmore → 2023