Thursday, June 15, 2017

Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 3 - Akhir

On Hold

Couple hours before my flight leaving for home, I got an interview with an area manager of a multinational beverage company in Jakarta Selatan. It was my first user interview! 
  
Karena deg-degan menunggu interview, akhirnya saya googling dan menemukan satu thread panjang tentang posisi tersebut. Isinya kurang lebih tentang ekspektasi para peserta seleksi yang jauh dari bayangan. Banyak di antara mereka sepertinya berpikir bahwa menempati posisi itu berarti akan bekerja sebagai karyawan elit di kantor megah. Mereka langsung goyah ketika belum apa-apa ditanyai soal kepemilikan atas SIM C. Dan ya, ketika masuk ruangan, si user langsung tembak dengan kalimat "Sebelum saya mulai interview, saya mau kasih tahu kamu sesuatu dulu. Soalnya sayang saja kalau sudah lama-lama interview tapi ternyata kamu tidak mau pekerjaan ini." 

Beliau menanyakan soal SIM C persis seperti yang dibahas di thread, beliau juga menanyakan soal masuk kerja saat akhir pekan, menanyakan soal jam kerja yang mulai pagi-pagi sekali dan pulang akan terlambat, datang ke toko-toko. Sejujurnya pertanyaan-pertanyaan itu sedikit bikin gentar, tapi entah kenapa rasanya juga bersemangat sekali. Membayangkan diri harus bersusah payah panas-panasan dari toko ke toko naik motor sendiri, Gila! Jika saya menceritakannya kembali beberapa tahun kemudian pasti keren! Hahaha naif sekali, memang. 

Setelah obrolan tentang calon pekerjaan, sebenarnya saya dan bapak pewawancara lebih banyak ngobrol tentang hal lain: Bali, karena kami berdua berasal dari pulau yang sama. Satu hal yang sangat saya ingat dari obrolan itu adalah "kamu harus punya pilihan kamu sendiri". Kalimat ini muncul setelah saya bicara soal sebagian besar hal-hal saya jalani sebenarnya agar sesuai dengan harapan ibu saya. Karena saya, bagaimanapun menyebalkan kelakuan saya di rumah, saya sayang sekali dengan ibu. Pasti kalian juga begitu :)

***
Salah satu bagian dari rute Dps-rumah harus melewati bukit dan perkebunan cengkeh di sisi jalannya, masih 30 menit dari rumah. Di area ini sinyal susah sekali, kalaupun ada kualitasnya tidak bagus. Dan entah kenapa telfon dari HRD CCAI harus datang di tempat seperti ini. Telfonnya tidak terdengar jelas dan bahkan terputus sebelum informasinya bisa ditangkap. Ah, rasanya agak panik juga. 

Beberapa menit setelah sampai rumah, handphone berdering lagi, nomor yang sama. Seorang laki-laki di ujung telepon kembali mengenalkan diri dan mulai menjelaskan benefit yang akan didapat setelah menandatangani kontrak. Sebagai first job-er, saya bersemangat sekali! I will pay my own bills! ahaha. 

Seperti biasa, untuk hal-hal seperti ini harus dibicarakan dengan ibu bapak. Karena sebenarnya saya juga sedang menunggu hasil interview di tempat lain yang posisinya mirip: management trainee.

Ketika bercerita tentang gambaran pekerjaan di CCAI, bisa dipastikan ibu membayangkan dan tidak mau anaknya angkat-angkat krat minuman dari toko ke toko walalupun itu adalah bagian dari program. Walaupun entah kenapa anaknya bersemangat sekali. Dan ya, karena pertimbangan ibu, saya merelakan tawarannya. "Nothing to lose. Seumpama nanti tidak lulus interview satunya juga tidak apa, berarti saya belum cocok dan tinggal cari lagi yang pas."

***
Saya dapat telfon lagi! Kali ini dari Dinda. Kami kenal setahun lalu (kala itu). Dia sedang magang dan saya kerja praktik di tempat yang sama. Teman makan siang. Dinda sudah lulus duluan dan sekarang sedang menelfon sebagai staf HRD yang mengabarkan berita baik: BOD interview di Bakrie Tower Lt. 7 hari Selasa. Dia menelfon hari Jumat siang, saya masih di Bali. Duh.

Tapi beruntung, interviewnya bisa dijadwalkan kembali setelah lebaran. Dan interview kali ini tidak santai seperti sebelumnya. Interviewernya pun banyak, yang belakangan saya baru tahu bahwa mereka adalah Chief HRD, Chief Logistics, dan GM Plant. Maklum, saat interview saya tidak bisa mengingat nama dan posisi mereka. Mengingat nama di awal pertemuan adalah kelemahan. 

Interview bersama BOD sebenarnya agak membuat kehilangan semangat. Jawaban-jawaban yang saya berikan rasanya kurang sesuai dengan ekspektasi mereka. Terutama pertanyaan seputar masalah diangkat dalam skripsi. Interview yang diakhiri dengan "Sebenarnya jawaban yang saya harapkan adalah ...." dari seorang chief. Jatuh berkeping-keping. Rasanya waktu itu ingin ditelan bumi saja. 

***
Awal September, sudah tidak tehitung berapa kali menjejak ke pabrik ini. Kerja praktik, skripsi, seleksi-seleksi MT. Kali ini saya datang sebagai anak baru! Ada 4 orang termasuk saya. Perempuan sendiri. Tiba-tiba saya teringat pertanyaan salah satu manajer ketika interview pertama: "kenapa kami harus memilih kamu yang, maaf, bukannya bagaimana, tapi kamu perempuan, di pabrik. kenapa kami harus memilih kamu?" 

Awalnya kami berempat, dibulan kedua jadi berlima. Foto diambil di SEAPI, Lampung.
Dan inilah bulan kesepuluh saya di Bakrie Pipe Industries :)


Bekasi, 15/6/2017 10:21 


Readmore → Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 3 - Akhir

Sunday, June 11, 2017

Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 2

To Discover My Self

Kamis pagi di kamar bawah tangga salah satu rumah di Jl. Menteng Atas Selatan III saya bangun agak siang. Terbangun karena bunyi denting notifikasi pesan masuk dari seorang teman. Pesannya tidak panjang tapi ampuh membuyarkan kantuk dan memaksa saya menyiapkan segala macam persyaratan pendaftaran.

Beberapa minggu setelah pesan itu, saya resmi menjadi Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) Universitas Bakrie periode 2013-2014. BOOM! Saya sendiri benar-benar tidak habis pikir. Bisa-bisanya anak baru yang semasa SMA tidak pernah ikut organisasi formal apapun tiba-tiba menang pemilu jurusan--meskipun dengan berbagai intrik dan drama di baliknya. Dan inilah milestone yang membentuk saya hingga sekarang. 
Acara Pertama Sebelum Resmi Menjadi Pengurus HMTI
Perjalanan bersama HMTI mengajarkan begitu banyak hal. Meluluhkan dinding tinggi antara saya dan teman-teman adalah satu di antara sekian banyak. Sebagian besar hari saya habiskan bersama mereka. Dari kuliah hingga persiapan program kerja. Dari pagi sampai pagi. Duduk di Student Lounge Luar dari magrib sampai dini hari. Dari mengerjakan tugas kuliah sampai cuma mengobrol tanpa arah dan tertawa sampai lelah. Kemudian kami akan pulang dengan obrolan yang tak ada habisnya di bawah temaram lampu jalanan Epicentrum.

Apa yang saya dapat dari HMTI kemudian membawa saya ingin belajar lebih banyak lagi. Hal serupa pun terulang, beberapa minggu setelah resmi lengser dari kepengurusan, saya dilantik lagi menjadi salah satu anggota komisi Senat Mahasiswa Universitas Bakrie. Siapa sangka anak yang dulunya antipati pada organisasi bisa jadi seperti ini? Haha!
Dalam Proker Kaderisasi
***

Tapi sejujurnya ada sedikit kekecewaan ketika tidak pernah memenangkan satu kompetisi eksternal pun ketika kuliah. Entah kenapa saya tidak seambisius dulu ketika SMA.

Namun, banyak juga yang saya sangat syukuri. Salah satunya adalah kesempatan "to discover myself". Ketika kuliah, saya baru tahu kalau saya sangat suka mengajar. 

Bermula dari menjadi tutor teman teman sekelas menjelang ujian, tutor calon mahasiswa baru kelas karyawan, hingga menjadi asisten praktikum mata kuliah dasar. 

Satu tutorial yang masih sangat diingat sampai sekarang adalah turorial pertama di meeting room Elite Club Epicentrum! Hahaha epic! 

Tutorial Kimia pertama di Elite Club!!!
Kami masih semester 1 kala itu. Dengar-dengar dari senior, mereka biasanya bikin semacam tutorial untuk belajar bersama sebelum ujian. Kami mau melakukan hal yang sama. Cuma karena keterbatasan ruang kampus dan bingung mau belajar di mana, jadilah salah satu teman yang kebetulan adalah member Elite Club meminjam meeting roomnya 2 jam untuk kami belajar! Agak menggelikan memang. Terutama kalau diingat ekspresi mas/mba karyawan Elite Club yang agak bingung tiba-tiba ada rombongan anak-anak dekil yang not belong to there. Dan ya, itu adalah kali pertama saya berdiri sebagai tutor kimia dasar.

Thanks to HMTI yang pada kesempatan-kesempatan setelahnya menyediakan ruang buat tutorial kami jadi tidak usah ke Elite Club lagi haha.
Industrial Expo-Breaking Industrial Limit
***

Di tahun terakhir perkuliahan, saat sudah lepas dengan segala maca urusan organisasi kampus, saya mulai ikut volunteer. Dengan tidak sengaja malah jadi sering mendongeng karena diberi kesempatan oleh Buku Berkaki. Apakah saya bagus dalam mendongeng? Tidak.  Saya cuma senang melakukannya. Dan sebenarnya, ada satu hal yang membuat saya senang mendongeng:
Mendongeng di Sekolah Alternatif Anak Jalanan (SAAJA) Param - Kuningan
Waktu kelas 2 SMP, sekolah saya kedatangan guru Bahasa Indonesia yang mengajar di Australia. Beliau orang Australia. Namanya adalah Pak Neville. Saya tidak tahu persis apa tujuan beliau berada beberapa waktu di sekolah kami. Yang jelas, waktu itu kami akan ikut lomba story telling berbahasa Inggris di kabupaten dan beliau membatu kami mempersiapkannya. Cerita saya waktu itu adalah Tuwung Kuning yang script bahasa inggrisnya punya kakak. Kami berlatih selama 1-2 minggu sampai akhirnya dikabari bahwa lombanya dibatalkan. Sayang sekali. 

Tapi, Pak Neville dengan sangat baik hati meminta kami tetap tampil sehabis upacara bendera. Dan beliau memberikan saya sepaket kamus Indonesia-Inggris. Kamus berharga ratusan ribu yang tidak dipunyai satupun anak di sekolah kami. Rasanya bahagia sekali! 

Hipotesis saya, sih, persiapan lomba story telling inilah yang membuat saya begitu menyukai dongeng. Seperti pembuka jalan, yang baru saya tapaki 8 tahun kemudian.
Membaca cerita di Pojok Cerita Festival Dongeng Indonesia Internasional 2016
Cara mendongeng saya masih amat sangat kacau, tapi saya benar-benar suka mendongeng dan mau belajar lebih banyak lagi! Tahun ini harus ikut workshop dongeng di FDII lah.

***

Setelah 3,5 tahun hiruk pikuk perkuliahan dan ekstra 2 bulan mengerjakan skripsi, saya lulus. Dan, ya, kehidupan setelah lulus ternyata menjadi semakin 'menarik' di bagian 3. 
Wisuda Universitas Bakrie Oktober 2016.



Harapan Indah, 11/06/2017 1:01 PM


P.S.
Laptop saya sempat rusak setelah bagian 2. That's the reason why bagian 3 baru naik sekarang. Thanks to Mas Abba, IT staff BPI yang bantuin bikin lapop saya normal lagi.

P.P.S. Selamat berakhir pekan, selamat berpuasa hari ke-16!

Readmore → Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 2

Monday, June 5, 2017

Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 1

Menjejak Jakarta Sendiri untuk Kali Pertama

Jakarta adalah kota yang begitu sering dielu dan keluhkan. Dielukan karena karena 'kemegahannya', dikeluhkan dengan kerasnya perjuangan yang harus ditempuh orang-orang di sini. Berjuang mengatasi segala macam stress. Terkhusus bagi saya, definisi berjuang adalah menjadi tetap waras di tengah kemacetan yang sungguh tidak masuk di akal. Entah bagaimana caranya orang-orang ini tetap menjalani hari dipenuhi kemacetan jalanan setiap hari kerja. Ah, benar benar tak habis pikir. 

Tapi Jakarta tidak melulu soal stress dan kekejaman ibu kota. Sama seperti bagaimana ia membuat jutaan orang rela berjibaku di tengah keruwetan jalan, Jakarta juga entah bagaimana membuat saya jatuh cinta. Meskipun sama sekali tak cinta dengan macetnya.

***
Bandung sedang gerimis sore itu dan saya sedang menunggu taxi pesanan untuk diantarkan ke pool salah satu travel Bandung-Jakarta di daerah Cihampelas. Perasaan saya benar-benar tidak karuan karena taxi yang (sebenarnya baru) dipesan tadi belum juga datang. Khawatir akan ditinggal travel ke Jakarta. 

Kalau dipikir-pikir lagi, waktu itu berani juga ya. Baru beberapa minggu di Bandung dan memutuskan ke Jakarta sendiri naik travel atas 'riset' lewat gugel. Cuma bermodal keyakinan kalau semuanya normal saja. Tidak ada yang harus dipikirkan. (Dan keyakinan semacam inilah yang kemudian tidak jarang membawa saya pergi tanpa arah sendirian :D hahaha).

Kami sampai di Blora lepas waktu Magrib. Saya dijemput sopir dari tempat kerja Pak Boi, paman saya. Anehnya ketika masa-masa awal ke Jakarta, setiap saya akan menumpang tinggal pasti Pak Boi sedang pulang ke Bali. Jadi lah saya selalu hanya dijemput sopir beliau dan diantarkan ke hotel. Sendirian. Cuma di kamar sampai esok pagi turun sarapan dan diantar ke Kuningan untuk ujian masuk Universitas Bakrie. Saya masih ingat sekali bagaimana pak sopir ini begitu baik hati mengantarkan saya sampai lobi kampus. Kalau diingat-ingat sekarang, rasanya lucu, cupu sekali. 2012. 

Sekitar 2 minggu setelah ujian masuk, sebaris kalimat di portal pendaftaran mahasiswa baru menyatakan bahwa saya lulus Jurusan S1 Teknik Industri dengan Beasiswa penuh. Pengumuman kelulusannya kalau tidak salah beberapa hari sebelum Ibu berulang tahun. Beberpa minggu sebelum ujian masuk universitas negeri.

Pengumuman Ujian Masuk UB

Juni 2012, saya pulang ke Bali dengan perasaan yang agak kacau karena sangat tidak yakin bisa lulus di Bandung. Benar saja, I found myself crying a little loud saat pengumuman hasil ujian masuk kampus negeri. Saya tidak lulus yang juga berarti bahwa saya akan kuliah di Jakarta, bukan Bandung. 

Pengumuman Hasil SNMPTN

***
Kali ini saya ke Jakarta untuk daftar ulang dan mencari rumah kost. Sendiri lagi. Dijemput oleh sopir di bandara dan diantarkan ke hotel, sama seperti sebelumnya. I do enjoy that moment of being alone. I really enjoy myself. Seeing things through the windows like a video clip.

Kali ketiga datang ke Jakarta lagi-lagi sendiri tapi bukan lagi dijemput sopir. Saya memilih taxi sendiri yang ternyata dikibulin. Bandara - Menteng Atas sampai 300 ribu! hahaha.

Di Menteng Atas, saya beruntung sekali dipertemukan dengan pemilik kosan yang perhatian sekali plus penjaga kost yang super baik hati. Opung dan Mba Eci. Empat tahun lebih di Menteng Atas, beberapa kali berniat pindah tapi tidak pernah benar-benar pindah sampai akhirnya saya bekerja di Bekasi. Di kost Opung ini juga saya bertemu dengan teman teman baik hati: Tami dan Yaya. Geng kosan favorit dan satu satunya.


2012, Ulang Tahun Yaya
2017
Menteng Atas amat sangat remarkable. Oh ya, sebenarnya yang membuat saya betah dan cinta Jakarta bukannya benci seperti orang kebanyakan adalah karena definisi Jakarta saya adalah Menteng Atas, Kuningan, dan sekitarnya. Naif sekali. Hidup di Menteng Atas adalah kenyamanan yang langka. Bayangkan saja, kami anak kosan sekitar Mentas hanya perlu jalan kaki ke Epicentrum, Ambasador, atau bahkan Kota Kasablanka (saya sih suka jalan kaki ke sini lewat kuburan karena memang suka jalan kaki). Ibaratnya semuanya begitu mudah dijangkau dari Mentas. Mal, GOR, taman, bioskop. Ke bagian Jakarta yang lain juga tak jauh-jauh amat. Kalau saya punya banyak uang, saya mau punya rumah di Menteng Atas saja lah. Hahaha.

(bersambung ke Bagian 2, besok!)


Harapan Indah, 05/06/2017 20:07


Readmore → Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 1

Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Intro

Tulisan ini bersifat personal, flashback, cerita tentang perjalanan yang membawa saya mengetik dari sebuah ruang tak luas di sudut Harapan Indah, Bekasi saat ini.

Dimulai dari pagi yang normal di ruang TV rumah. Pagi-pagi biasanya TV sudah dinyalakan ibu untuk membangunkan kami. Sering kali ketika bangun, ibu sudah berangkat. Saya biasanya akan memulai hari dengan duduk di depan TV yang sedari tadi mengoceh sendiri. Sembarang menonton tapi tak benar-benar memperhatikan. 

Hari itu tanpa sengaja sebuah iklan dengan durasi kurang dari 30 detik diputar. Hanya tulisan statis di layar ANTV. Iklan yang 3 tahun kemudian membawa saya kuliah di Jakarta.

Iklan itu lebih mirip pengumuman. Pengumuman tentang beasiswa Sarjana (S-1) penuh dari sebuah kampus swasta di Jakarta. Kampus yang menyandang nama salah satu keluarga kaya raya Indonesia.

***
Dan sampailah saya pada masa kelas 3 SMA. Masa ketika kami semua galau menentukan akan masuk kampus mana. Ketar-ketir kalau kalau tidak diterima di kampus yang diinginkan. 

Begitu pula saya. 

Saya masih ingat dengan iklan yang dilihat cuma sekali 3 tahun lalu. Berkat bantuan google, saya sampai pada laman universitas tersebut. Kemudian menjadikannya sebagai Rencana B. 

Ternyata saya lulus ujian masuk dengan beasiswa penuh di Jurusan Teknik Industri. Jurusan yang sama dengan Rencana A. 

Ternyata, saya tidak lulus Rencana A. 

*** 
4 Tahun kemudian saya lulus sebagai Sarjana Teknik, dihadiahi gelar Lulusan Terbaik Jurusan Teknik Industri dan predikat Cumlaude.

Dan, ya, sebulan sebelum diwisuda, saya baru saja mulai bekerja di salah satu perusahaan milik keluarga dengan nama yang sama dengan kampus saya. Keluarga yang mendirikan yayasan yang menguliahkan saya gratis: Kelompok Bakrie.

***
Bulan ini adalah bulan kesepuluh saya sebagai Management Trainee di perusahaan tersebut. Sebenarnya ada banyaaaak sekali yang ingin dibagi, saking banyaknya sampai bingung harus mulai dari mana. 

Maka, anggaplah ini sebagai intro. 

Beberapa post ke depan adalah cerita-cerita saya di Universitas Bakrie dan Bakrie Pipe Industries. 

Oh ya, biasanya yang muncul pertama di benak orang ketika tahu saya berasal dari kampus yang namanya sama dengan perusahaan saya bekerja adalah "langsung disalurkan ke perusahaan ya?". Langsung saja saya jawab di sini, jawabannya: tidak. Saya memulai semua prosesnya dari awal seperti pencari kerja lain. Nanti saya ceritakan lebih lanjut yaaa..

***
I'm overwhelmed tapi harus tidur karena besok pagi harus menempuh rute yang berat: Bekasi-Jakarta hahaha.  


Harapan Indah, 05/06/2017 0:47
Readmore → Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Intro