Friday, February 15, 2019

Tentang Aplikasi Beasiswa Australia Awards

Sebenarnya saat ini saya harus mengerjakan sisa essay yang belum selesai dan harus dikumpulkan hari Senin besok. Tapi belum ingin menulis soal essay. Jadi ya sudah, saya menulis soal aplikasi beasiswa Australia Awards 2018 saja. 

Australia Awards Logo (source: https://www.australiaawardsindonesia.org)


Oh ya, essay yang harus dikerjakan ini adalah salah satu tugas akhir dari program pre departure training (PDT) Australia Awards Scholarship (AAS). PDT kami sudah memasuki bulan keempat dan akan berakhir di awal Maret ini. Rasanya cepat sekali. 

Maaf paragraf sebelum ini keluar dari topik ya. 

Tahapan beasiswa AAS ini pasti sudah banyak kalian baca di blog awardee maupun di website Australia Awards Indonesia. Iya, infonya sudah bertebaran dimana-mana kok. Nah, tulisan saya ini tujuannya ya buat memperbanyak info yang sudah ada saja dan ditambahi dengan pengalaman pengalaman pribadi. Hehe.

Proses aplikasi AAS terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama yaitu seleksi berkas online dan tahap kedua terbagi menjadi 2 sesi yang dijalankan paralel yaitu interview dan IELTS. Kedua tahapan tadi menggunakan sistem gugur ya teman teman. Jadi kalau tidak lolos seleksi berkas ya tidak akan ikut interview dan IELTS. Lalu apakah penentuan final hanya dari inverview dan IELTS atau gabungan dengan berkas juga? Enggak tahu. Saya bukan panitia seleksinya. Tapi logikanya sih semua aspek penilaian digabung.

Perlu dicatat bahwa rangkaian seleksi AAS ini tidak dipungut biaya apapun ya teman teman. Gratis. tis. tis. IELTS-nya mereka yang bayar. Kamu tinggal belajar dan bawa badan. Eh tapi kalau kamu beli buku buat belajar, itu yang kamu bayar sendiri. Terus syarat pedaftaran untuk membuktikan kemampuan bahasa Inggrismu boleh pakai TOEFL ITP yang harga testnya cuma 400ribuan itu. Bahkan, kalau kamu lulus seleksi berkas dan interview/IELTS-mu diadakan di luar daerah asalmu, mereka akan kasih penggantian biaya transportasi dan akomodasi. Kurang baik apa lagi?

Karena segala kemudahannya inilah pendaftar AAS tiap tahunnya banyak sampai bikin mikir dua kali buat daftar atau enggak dan ngerasa kalah saing duluan. Ini kejadian di saya kok. Sebanyak apa yang daftar? Tahun 2018 kemarin ada 5300 dan yang diambil hanya sekitar 250 orang. Ya, namanya juga dibayarin sekolah, siapa yang gak mau, kan?

Menurut saya sih, ada beberapa hal yang bikin kamu diterima atau tidak dan yang paling penting untuk diperhatikan adalah "apakah kamu memenuhi kriteria calon penerima beasiswanya?" Jadi bukan hanya soal nilai, prestasi, ataupun kemampuan bahasa Inggris saja. Menurutku ini soal karakter seseorang. Beberapa beasiswa menginginkan calon penerima yang memiliki kemampuan memimpin yang kuat dan visioner, beberapa beasiswa tidak masalah dengan kemampuan memimpin biasa saja asalkan si kandidat memiliki potensi untuk berkontribusi untuk bidangnya. Ya, semacam itu lah. Coba saja lihat teman atau kenalan kamu yang diterima beasiswa yang berbeda. Mereka tipikal, kan?
Catatan: saya belum pernah mendaftar beasiswa lain selain AAS dan KUB, jadi opini di paragraf ini agak sok tahu sih.

Dalam aplikasi AAS, karaktermu akan dilihat dari tulisanmu atas jawaban beberapa pertanyan soal kenapa kamu memilih jurusan A, apa gunanya jurusan A untukmu kelak, bagaimana pengalamanmu melakukan perubahan, dan bagaimana kamu mengenali kelemahan dirimu. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak ada jawaban benar atau salahnya kok. Sekali lagi, mereka akan mencari jawaban yang sesuai dengan kriteria mereka. Saranku, tulislah jawabanmu sejujur mungkin. Tidak usah mengada-ada. Cukup dibuat dengan jelas dan detil (bukan kalimat-kalimat mengambang yang tidak jelas indikatornya). Jadi mereka bisa menimbang dengan mudah dan bukannya bingung membaca aplikasimu kemudian dilewatkan karena apa yang kamu tulis susah mereka pahami. 

Buat apa memaksa masuk kalau ternyata memang tidak sesuai, kan? Tidak baik untuk kamu dan juga mereka. Kalau kamu memang benar-benar ingin masuk padahal tidak cocok, ya berarti kamu harus berubah sesuai dengan mau mereka. Atau menunggu sampai mereka akhirnya mengubah kriterianya menjadi seperti kamu.

Pada kasus saya, pertanyaan tentang melakukan perubahan saya isi dengan cerita soal mengajarkan excel untuk membantu rekan-rekan kerja dalam memudahkan pembuatan laporan rutin mereka. Iya, sesederhana itu karena saya tidak punya pengalaman menemukan hal hebat atau menyelesaikan masalah besar perusahaan. Lalu soal kontribusi studi yang diambil untuk diri dan karirmu kelak, tulis saja hal-hal nyata yang kamu tahu soal bidangmu. Kalau tidak tahu, baca banyak banyak soal apa yang sedang dibutuhkan Indonesia dan kaitkan dengan studi yang akan kamu ambil.
Duh, lagi lagi saya terdengar sok tahu sekali.

Ketika aplikasimu dinilai cocok untuk mengisi slot penerima beasiswa, mereka akan mengundangmu untuk interview dengan akademisi dari Indonesia dan Australia. Ini adalah tahap yang paling menegangkan menurut saya karena ya....tidak pede dengan bahasa Inggris saya dan juga lagi lagi karena pertanyaannya bukan soal benar atau salah. Tapi mereka ingin sekali lagi meliat karaktermu secara langsung dari jawaban-jawabanmu. Setelah interview kemarin saya rasanya ingin menciut dan lenyap saja saking tidak percaya dirinya.

Kalau sudah lulus semua tahap, awardee akan menjalani PDT sebelum keberangkatan. Durasinya berbeda-beda tergantung skor IELTS. PDT-nya menyenangkan sekali kok. Tunggu di post berikutnya yaa..

Menteng Atas, 15.02.2019 13.57
Readmore → Tentang Aplikasi Beasiswa Australia Awards