Tuesday, September 5, 2017

Antiklimaks Indonesia v Fiji

Beberapa tahun lalu, saya pernah menulis "Nonton Timnas langsung di station" pada wishlist. Tulisan random akhirnya benar benar terwujud. Saya pergi ke GBK untuk menyaksikan laga friendly match Indonesia v Syria, November 2014. Waktu itu stadion bahkan tidak terisi separunya, tapi perasaan bangga campur aduk senang dan excited tetap begitu luar biasa saat Indonesia Raya dikumandangkan. Sorak sorai dan yel-yel bergema sepanjang pertandingan. Nagih. Pengalaman pertama yang menyenangkan dan membuat saya sekali lagi menaruh harap untuk kembali datang menyaksikan pertandingan lainnya.

Gelang Tiket dari Bapak Calo

Ternyata semesta raya mewujudkan harapan random saya sekali lagi. Siapa sangka Timnas bertanding di Bekasi Sabtu kemarin?

Pertandingan-pertandingan Timnas biasanya diadakan di GBK. Namun karena GBK saat ini sedang dalam proses renovasi untuk persiapan ASIAN Games 2018, maka pertandingan-pertandingan yang biasa diselenggarakan di GBK dipindahkan ke Stadion di kota-kota penyangga seperti Stadion Pakansari, Bogor dan Stadion Patriot, Bekasi! Tentu saja saya tidak melewatkan kesempatan ketika tahu Timnas akan main di Bekasi. Tiket pertandingan langsung dibeli tanpa pikir panjang. VIP Timur, cuma Rp50.000.
Matahari masih terik

Membeli tiket tanpa pikir panjang dan sekadar klik adalah hal yang sangat penting untuk dihindari. Dalam kasus ini, saya membeli tiket untuk seat yang berada di sisi Timur lapangan dengan kondisi pertandingan mulai pukul 16.00. Pukul 16.00 adalah waktu saat matahari masih cukup terang bahkan panas di Bekasi dan posisinya menyorot tribun timur. Pintar sekali kemarin saya main asal beli tiket.

Hal berikutnya yang luput dari perhatian saya adalah mekanisme penukaran e-voucher yang didapatkan dari pembelian online. Pengalaman pertama menukar e-voucher pertandingan sepak bola saya sangat mulus. Antrian wajar bahkan tergolong sepi. Saya pikir akan semudah itu lagi. Tapi ternyata beda jauuuuh. Loket penukaran sebenarnya ada beberapa dan buka dari jam 10 pagi. Kami sampai di sana jam 3 sore dengan kondisi antrian sangat sesak di depan semua loket. Ha!! Setengah jam menunggu di ujung taman sambil menonton orang-orang latihan inline skate, ternyata loket masih super ramai. Apalah daya kami, dua anak mager dengan daya juang antri yang rendah, selain menyerah pada bapak-bapak calo yang menyelamatkan kami dari terik matahari di tribun timur ke bagian barat. Sebenarnya sih bukan hanya selamat dari panggangan terik, tapi juga ledakan petasan yang memakan korban jiwa.

Perjalanan mencari pintu masuk bagian barat ini pun tidak semudah yang dikatakan bapak penjual tiket. Pintu barat ada di seberang yang berarti kami harus memutar. Dengan riuh rendah yel-yel penonton yang sudah ramai di dalam stadiun, rasanya malah semakin tidak karuan takut ketinggalan laga. Hahaha. Padahal sudah jelas jelas masih ada waktu sekitar 15 menit menuju jam yang tertera pada tiket.

Dari marah, lelah, sampai pecah tawa kami. Marah pada satu sama lain karena tidak bisa sabar dan menerima kenyataan antrian penukaran yang begitu ramai. Lelah berjalan memutar (karena kami jarang olah raga, tentu). Akhirnya pecah juga tawa kami menertawai kebodohan-kebodohan ini.

Menonton langsung pertandingan Timnas setelah seminggu lalu cuma menyaksikan mereka di TV rasanya senang sekali! Woooah. Vibrant. We're part of the match! Bekali-kali kami mengagumi diri yang akhirnya ada dalam stadion setelah bertahun-tahun absen. Tsahhhh. (Padahal saya baru menonton sekali sebelumnya).

Pertandingan dimulai


Pertandingannya sih berjalan seru dan cukup bagus dengan akhir tanpa gol untuk kedua tim. Saya kurang bisa mengomentarinya karena memang cuma sekadar penonton yang senang dengan aura-aura magis dan bersemangat di stadion saat Timnas main. Menurut saya sih Timnas sudah bermain cukup bagus, sayang serangannya masih kurang akurat dan masih belum bisa menghasilkan gol. Pertahanannya juga bagus. Dan Timnas larinya lebih kencang. Tidak ada kartu selama pertandingan.

Tahu penyelamat kelaparan
Perhatian saya lebih banyak teralih pada tingkah laku para penonton. Mulai dari mereka yang seniat itu membawa berbagai perlengkapan dan memakai segala atribut. Total sekali. Kami agak malu juga datang dengan kaus seadanya tanpa atribut ala ala. Salut pada mereka yang sepanjang pertandingan tidak habis energinya untuk sahut menyahut yel. Atraktif. Sering kali saya hilang fokus beberapa saat karena yel-yel itu. Ketika sadar malah sudah terlewat satu bagian seru pertandingan.

Mulai Gelap
Oh ya, ada seorang penonton usia SMP/SMA di bangku depan kami bersama ayah dan ibunya. Lengkap dengan jersey Timnas dan syal bertuliskan Indonesia. Sepanjang babak pertama anak ini begitu sibuk mengutak atik layar ponselnya berusaha meng-update feed instagramnya. Saya garis bawahi: sepanjang babak pertama. Dia cuma beberapa kali menoleh ke lapangan. Mungkin eksistensi dunia maya buatnya merupakan sesuatu yang mutlak. Mutlak agar orang-orang di dunia mayanya tahu bahwa ia sedang menyaksikan laga Timnas meskipun ia tak sepenuhnya menyaksikan. Anak ini baru benar-benar menonton di babak kedua. Bahkan sepertinya sang ibu lebih banyak menonton ketimbang dia. Bukan apa-apa, saya sih cuma heran hehe.

Ketika peluit wasit mengakhiri pertandingan, sebetulnya semua berakhir dengan aman dan tentram. Tapi entah dari mana ceritanya tiba-tiba kepulan asap melesat dari bangku sisi kanan lapangan. Sisi yang sepanjang pertandingan tadi meneriakkan yel-yel paling heboh dan semangat. Kepulan asap itu menuju bangku penonton seberang kami, bagian Timur. Ada yang menyala di sana. Kami pikir hanya bendera yang terbakar. Penonton di sisi kanan lapangan membubarkan diri lebih cepat dari yang lain. Beberapa saat berikutnya barisan polisi berseragam masuk ke area itu. Kami masih berpikir kejadian tadi hanya ulah iseng tanpa dampak serius.

Kami pun masih duduk-duduk hingga lampu-lampu di bangku penonton mulai dipadamkan. Duduk dan melihat pemain Timnas Fiji masih lari bolak-balik di pinggir lapangan. Beberapa orang penonton berusaha meminta jersey dengan memanggil-manggil mereka sambil menunjuk baju. Entah berhasil atau tidak, kami pulang duluan.

Kami tercengang ketika membaca news sticker yang ada di salah satu saluran TV. Satu orang tewas akibat ledakan petasan  di akhir laga Timnas Indonesia v Fiji. Gila.

Tidak habis pikir, buat apa bawa petasan? Apa serunya? Tidak cukup kah keseruan akibat adrenaline rush sepanjang laga? Sampai-sampai ada korban jiwa. Gila. Sayang sekali.

Sangat disayangkan hal semacam ini terjadi. Padahal ada pemeriksaan di setiap pintu masuk stadion. Padahal, pertandingan berlangsung tanpa tensi emosi. Entah apa yang salah.

Kejadian ini adalah antiklimaks dari excitement yang sudah terbangun sedari awal. Ganjil rasanya. Seganjil akhir dari tulisan ini. Saya pun bingung menggiringnya pada penutup. Letupan-letupan semangat mendukung Timnas tiba-tiba terombang ambing oleh kekesalan pada hal bodoh pada akhir petandingannya.

Semoga penonton dan pendukung bisa lebih bijak ke depannya. Semoga mereka bisa berpikir lebih panjang sebelum membawa apalagi menyalakan petasan dan semacamnya dalam stadion. Semoga mereka lebih sadar akan keselamatan diri dan orang lain.



Maaf untuk penutup tulisan yang benar-benar aneh ini.

Telepas dari kekacauan akibat petasan, saya tetap ingin kembali menonton Timnas jika ada kesempatan.

Bekasi, 4 September 2017 11:59 PM



Readmore → Antiklimaks Indonesia v Fiji