Thursday, October 26, 2017

Tentang Pipa Pipa

Pernah gak sih kalian kebayang gimana ceritanya minyak dan gas dari perut bumi sampai di SPBU dan tabung-tabung elpiji di dapur? Mungkin pernah. Satu dua kali pasti pernah lah ya, denger cerita gimana dua sumber daya alam itu dipaksa keluar, dieksplorasi, hingga diolah jadi bahan bakar yang kita pakai setiap hari. Bahan bakar yang menggerakkan sangat banyak hal yang kita nikmati hari ini. Listrik buat ngecas HP, solar buat genset yang ngasilin listrik kalau lagi mati listrik hahaha. Bensin buat motor dan mobil kita. Gas buat masak makanan yang kita makan tiap hari! 

Kita yang berjarak ratusan bahkan ribuan kilometer dari kilang dan tempat pengolahan minyak dan gas bumi itu bisa dengan gampang menjangkau mereka ya karena mereka ditransport ke tempat yang jaraknya dekat degan kita. Alat transportasi mereka gak cuma satu, dari pipa berukuran besar hingga truk-truk tangki yang sering lewat di jalan raya. Nah, sebagian besar ya memang berpindah melalui saluran pipa. Kenapa pipa? Banyak alasan sih, dua yang saya ingat adalah:
- Pertama, produksi dari migas ini sifatnya kontinu, bukan diskrit. Jadi dia ngalir terus (sepanjang di sumurnya masih ada isi). Jadi karena dia jalan terus, sebaiknya dia dialirkan saja sampai tempat penampunganya atau pengolahannya. (Please cmiiw, soalnya ini ngawang-ngawang, w juga gak paham betul soal urusan migas dari hulu ke hilir ini :D)
- Kedua, ekonomis. Bayangin ya, buat mindahin minyak dan gas (migas) dari perut bumi yang 'ngalir' terus, berapa kali bolak balik kalo pake tangki? Belum lagi ngomongin medan tempuhnya. Kalau di tengah laut? Kalo di tengah hutan? Beda dengan pipa, cuma install sekali. Walaupun, tentu, modal yang ditanam cukup besar.



Pipa-pipa itulah pahlawan kita selama ini, teman teman! Tapi gak pernah kepikiran kan sebegitu berjasa mereka buat kita? (Haha ini lebay). 

Berhubung sekarang saya sedang lekat sekali dengan segala macam pipa mulai dari yang dipakai buat pagar sampai ngalirin migas, saya mau cerita soal pipa baja yang sudah memudahkan hidup tanpa kita sadari. Tulisan ini dipicu dari keisengan jalan-jalan di area operasional beberapa hari terakhir dan teringat kegiatan Bootcamp di Sumbawa. Mirip. Dan waktu bootcamp, tiap hari kami bikin ringkasan soal apa yang kami amati, merefleksikan apa yang kami temui. Kenapa tidak saya tulis juga tentang tempat saya bekerja? :) Sekalian promosi #eh.

Balik lagi soal pipa, dulu juga saya gak pernah tahu kalau pipa punya segambreng spesifikasi walaupun cara buatnya sama. Spesifikasi itu datang dari standar yang dikeluarkan oleh macam-macam instansi. Di Indonesia, misalnya, ada Standar Nasional Indonesia (SNI). Buat pipa penyalur air standar spesifikasinya adalah SNI 0039, buat tiang spesifikasinya SNI 0068. Jadi pemerintah sampai sejauh itu loh mengatur standar pipa pipa yang digunakan di negara kita. Kalau dari luar, ada standar ASTM atau American Society for Testing Materials. Ada juga the ultimate spec yang laris manis buat migas: API (American Petroleum Institute). Oh ya, Bakrie Pipe juga punya Internal Spec sendiri: BOS dan SIO. 

Apa sih bedanya? 
Perbedaan mendasar ya pada peruntukannya. Misal ada yang buat penyalur air seperti SNI 0039 dan ASTM A53 A, buat pancang seperti SNI 8052 dan ASTM A252, atau buat migas seperti API atau DNV. Karena peruntukannya berbeda beda, maka macam standar proses pengujian/inspeksi untuk setiap spesifikasi itu berbeda (walaupun tidak menutup kemungkinan ada juga yang hampir atau bahkan sama untuk spesifikasi yang ekuivalen). Pipa-pipa API punya standar pengujian yang jauh lebih ketat dibandingkan pipa penyalur air atau pipa pancang. Hal ini ya jelas karena benda yang akan dialirkan itu sifatnya berbeda dan apabila terjadi kebocoran pada pipa dampaknya juga akan lebih fatal pada saluran migas dibandingkan pada saluran air.

Selain standar proses pengujian, standar dimensinya juga tidak luput dari perbedaan. (Aduh Bahasa macam apa ini). Misalnya, meskipun sama sama untuk menyalurkan air, ukuran 3 inch ASTM A53 A dengan 3 inch SNI 0039 Medium itu punya standar tebal yang beda loh. Tebal 3 inch A53 A adalah 5.49 mm sedangkan SNI 0039 Medium standar tebalnya adalah 4.00 mm. Kalau boleh saya menebak, perbedaan standar dimensi ini mungkin dipengaruhi dari asal negara si pemilik standar yang kondisi alam dan lingkungannya berbeda-beda dan memerlukan pipa dengan ketahanan tertentu. Dan ketahanan ini salah satunya diperoleh dari proporsi dimensinya.

Kalau secara visual, pipa-pipa berbeda spesifikasi itu memang kelihatannya sama saja. Untuk membedakannya ya cuma bisa dilihat dari ‘marking’ yang biasa ada di ujung bagian luar atau dalam pipa.



Tahu gak sih gimana pipa-pipa itu dibuat?
Proses produksi pipa baja bermacam-macam metodenya. Ada yang dilas, ada juga yang gak di las (seamless). Pabrikan di Indonesia saat ini masih main di metode dengan las. Nah, inipun metodenya masih macam-macam lagi. Ada yang pakai filler metal (kayak ngelas pagar yang pakai kawat las gitu), ada juga yang tanpa filler metal (jadi ujung-ujung bahan yang digelar itu dipanaskan sampai dia agak lembek terus dihimpit sampai mereka nyatu. Ada yang lasannya lurus (longitudinal) aja kayak pipa-pipa di Bakrie Pipe, ada juga yang spiral mirip Astor (ini ga ada di Bakrie Pipe, tapi ada di toko sebelah). Kalau kata orang sih banyak jalan menuju Roma, sama kayak bikin pipa yang metodenya juga banyak. Hehe.

Di Bakrie Pipe, semua pipanya dibuat dengan metode Longitudinal Electric Resistance Welding (ERW). Keren kan namanya? Sederhananya sih itu ujung ujung bahan yang udah ditekuk jadi bentuk pipa dipanaskan dengan bantuan listrik. Mau pipa air, pipa kotak, pipa pancang, ataupun pipa migas, semuanya dilas dengan metode ini. Kedengarannya sederhana kan? Huehehe. Setelah dilas, pipa akan dipotong sesuai panjang yang diminta. Untuk pipa-pipa biasanya dibuat dalam dua panjang. 6 meter atau 12 meter. Pipa air biasanya 6 meteran. Sedangkan Pipa API ada yang 6 ataupun 12 meteran sesuai permintaan si pembeli. Ada istilah yang sering digunakan untuk panjang pipa: DRL (Double random length), SRL (Single random length), dan fixed length. Pipa DRL itu di lapangan diartikan sebagai pipa 12 meteran, sedangkan pipa SRL itu 6 meteran. Tapi kemarin saya habis googling, ternyata pipa DRL itu maksudnya adalah dari satu populasi pipa rata-rata panjangnya 40 kaki (12.20 m) dengan panjang individunya ada pada rentang 37.5 kaki (11.43 m) sampai 42.5 kaki (12.95 m). Sedangkan SRL itu rata ratanya 20 kaki (6.10 m) dengan rentang panjang individunya 17.5 kaki (5.33 m) sampai dengan 22.5 kaki (6.86 m). Kalau fixed length itu, per individu pipa panjangnya ditentukan misal 6 meteran, tetap dengan toleransi tertentu pastinya. (ini saya cerita panjang lebar soal panjang gara gara saya excited banget kemarin baru tau gitu, sih ._.)



Jalur produksi pipa sejujuranya berisik banget. Kalo ngomong mesti kenceng-kenceng nyaris teriak. Deru mesin dan baja-baja beradu. Duh. Ya namanya juga nekuk lembaran baja yang selembarnya itu tebel gak kayak selembar kertas. Eh tapi sebenarnya bentuk dari lembaran baja bahan pipa ini mirip tisu roll di toilet deng. Namanya Hot Rolled Coil (Bahasa Indonesia-nya ‘Baja Canai Panas’ bahaha lucu kan). Jadi si Coil yang digulung pas lagi panas ini ujungnya dimasukin ke mesin, terus ditekuk pakai segala macam roll biar bentuk ya jadi kayak pipa, terus dilas, dan dipotong. Gitu kurang lebih. Di sini banyak statsiun kerja yang ada bunga-bunga apinya juga. 

Setelah selesai proses produksi dan lolos serangkaian inspeksi dan pengujian, pipa akan menuju proses dilapisi untuk menghindarkan dari karat. Lapisannya ada bermacam-macam, mulai dari semprotan varnish, dengan celupan zinc (seng) lewat proses galvanize, hingga pelapisan dengan polimer seperti epoxy, polypropylene, atau polyethylene. Di Bakrie Pipe, kami bisa semuanya #iklan.



Terakhir, pipa akan disimpan di satu lapangan terbuka. Ditumpuk rapih, ada yang disusun bentuk persegi panjang, ada juga yang trapesium sama kaki (di lihat dari samping). Untuk pipa-pipa general market malah lebih warna warni karena di ujungnya ada pelindung plastik berbentuk cup dengan warna berbeda-beda. Hijau untuk SIO, biru untuk SNI 0039, oranye untuk BOS, ungu untuk A53 A. Ini instagramable banget sih. Tapi ini restricted area jadi kalian gak bisa foto-foto disini karena ganggu lah. Ada crane bolak balik angkat pipa yang beratnya bisa bikin kalian penyet kalau ketiban. Oops. 


Proses-proses tadi gak akan bisa menghasilkan pipa kualitas terbaik kalau tidak ada orang-orang yang menjalankan dan memastikan prosesnya. Di post selanjutnya, saya akan cerita soal orang-orang yang saya temui di sini.

Sampai ketemu dua minggu lagi :)
Readmore → Tentang Pipa Pipa