Saturday, January 30, 2021

Hal-hal yang Kupelajari dari Kulit Wajahku (Nov 2020 - Jan 2021)

Disclaimer: tulisan ini sepenuhnya dibuat berdasarkan pengalaman pribadi, tanpa riset-riset soal kesehatan kulit yg serius. Jangan gunakan sebagai acuan. 

Oktober 2020 adalah bulan ketika saya merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan kulit wajah. Ini bukan karena penampakan kulit wajah yang tidak mulus, tapi lebih kepada rasa sakit dan gatal yang timbul bersama jerawat-jerawat yang tidak kunjung selesai. Sebenarnya kalau ditarik ke belakang, kulit saya tidak pernah rewel sepanjang masa sekolah dan kuliah. Saya baru mulai berurusan dengan setelah bekerja di Bekasi. Awalnya ya satu dua, eh merembet jadi urusan yang tidak selesai. Hilang satu, tumbuh lagi di tempat lain. Waktu itu sih merasa tidak terlalu mengganggu karena ya masih bearable. Jadi tidak terlalu ambil pusing. Pakai produk untuk wajah juga seadanya (sabun cuci muka, pelembab jarang jarang, tidak pernah pakai sunscreen). Tidak pernah mendedikasikan waktu untuk mencari tahu kenapa dan harus apa hehehe.

Entah karena sedang stress akibat quarantine berkepanjangan atau juga memang kulit sudah lelah sekali, di Oktober 2020 rasanya jerawat-jerawat ini mulai kelewatan. Akhirnya tidak tahan dan mulai mencari tahu (juga karena tidak banyak yang bisa dilakukan karena quarantine lol).

Di tulisan ini saya akan merangkum hal-hal yang saya pelajari dari cerita menghadapi jerawat dari Oktober kemarin.

1. Basic Skincare Routine (Cleanse - Moisture - Protect)

Fun fact: saya baru tahu basic skincare routine di usia 26 tahun! 

Ini juga karena seorang teman (Dey @deylupi on instagram) yang sangat passionate berbagi soal skincare di akun instagramnya. Awalnya ya saya cuma liat-liat saja, tidak ada keinginan untuk benar-benar cari tahu. Eh tapi karena dia selalu preaching soal cleanse-moisture-protect kok ya nyangkut di kepala. Alhasil waktu muka ini breakout gak kelar-kelar, satu yang saya yakin harus dilakukan adalah melakukan rutin dasar itu. Dey amat sangat menekankan kalau hidrasi adalah hal paling utama yang harus dikhatamkan sebelum hal lain. Singkat kata, kalau kulitnya lembab, kerewelannya bisa ditekan, terus kita bisa lebih fokus mengatasi masalah-masalah utamanya. Kalau mau penjelasan lebih rapih, cek instagram @deylupi aja ya.

Dari sana, saya mulai mengecek produk-produk (yang gak seberapa) yang saya pakai dan sadar kalau sepertinya cleasing step ala waktu itu ala kadarnya (cuci muka selalu buru buru), pelembab gak seberapa lembab (tanpa dibarengi produk lain yg melembabkan jg). Satu satunya yang bisa dibanggakan waktu itu ya cuma udah rajin pakai sunscreen. Sejujurnya, waktu itu sangat tergoda mau beli foreo karena berpikir kalau, "jangan jangan cuci mukanya kurang deep jadi banyak kotoran tidak terangkat. Mungkin kalau pakai bantuan alat bisa lebih bersih terus jerawatnya ilang". Untungnya karena Foreo mahal, saya urungkan niat dan meyakinkan diri untuk menghabiskan sedikit lebih banyak waktu untuk double cleasnsing.

 

Oh ya, beberapa tahun lalu saya sebenarnya pernah sudah pernah pakai micellar water (yang harganya agak mahal) untuk double cleansing tapi malah jerawatan. Dengan sok tau saat itu saya pikir kalau saya tidak cocok pakai micellar water. Ternyataaaaa, i did it wrong. lol. Micellar water ternyata harusnya dipakai sebelum cuci muka, bukan setelah. Haha. Kali kedua pakai micellar water dengan step yang benar, it does help!

 

Hasil dari basic routine ini tentu gak kelihatan dalam semalam (lihat foto Dokumentasi Fase Pertama). Harus konsisten, mau meluangkan waktu melakukan step yang benar dan meluangkan biaya untuk mengganti produk yang tidak cocok.

 

2. Exfoliate untuk meluruhkan kulit mati

Setelah yakin dengan rutinitas dasar di poin 1 sudah dilakukan dengan baik, akhirnya saya merasa perlu untuk step up ke exfo untuk mengikis kulit-kulit mati yang bisa menyumbat pori dan akhirnya bikin jerawat. 

 

Dari pengalaman sebelumnya, saya pernah pakai physical exfo dengan scrub yang berujung muka jadi breakout. Saya juga pernah pakai chemical exfo the bodyshop yang sebenarnya cukup berefek waktu rajin dilakukan. Pernah juga pakai exfo paula's choice BHA 2% tanpa benar benar tahu cara kerjanya dan ga ngefek sama sekali. Dari situ saya mulai cek cek lagi, produk exfo apa yang harus dipakai kali ini.

 

Lagi lagi ini soal top of mind. Beberapa tahun lalu, Melo pernah cerita kalau dia pakai serangkaian produk Paula's Choice dan hasilnya ampuh untuk masalah jerawatnya. Saya tertarik mau coba lagi, apalagi kali ini ceritanya sudah cukup yakin dengan basic skincare

 

Ternyataaaaaaa, it works!!!! (lihat foto Dokumentasi Fase Pertama)

Setelah beberapa minggu dengan basic routine, saya mulai pakai salicylic acid (exfo) dan benzoyl peroxide (spot treatment). Saya rasa sih ini karena kulitnya sudah cukup terhidrasi sehingga efek dari produk eksfoliasi jadi lebih keliatan. Ngga fail kayak dulu :')

Dokumentasi Fase Pertama: Oct-Nov 2020

3. Konsisten

Memasuki tanggal 20-an November, kulit saya mulai rewel lagi. Padahal step skincare yang saya lakukan masih sama. Saya curiga sih ini karena dua hal. Pertama pergantian musim ke summer dan lagi-lagi masalah hormon karena stress mau lulus hehe. Waktu itu saya tetap saja bertahan dengan rutinitas basic. Oh ya, penggunaan exfo juga saya lanjutkan tapi mengganti produknya ke jenis lain (BHA yang dulu pernah saya coba dan tidak ada efek) sekitar tanggal 20an Desember karena produk sebelumnya habis (travel size doang sih). Eh cocok juga dong ternyataaaaaaa. See the picture below!!!

 

Foto terakhir (26 Jan 21) diambil saat saya sudah sebulanan di Indonesia. Can u see the progress?? Jauh banget kaaaaaaan? I guess my hormone sudah agak tenang karena sekarang sudah lulus jg sih lol. Tapi perbaikan tekstur, bekas jerawat yang pudar??? All hail the hydration and some help from exfo sihhhhh.

 

Intinya ya mesti konsisten dengan si basic routine yg sudah baik itu. Usaha ngga akan mengkhianati. hehe.

Dokumentasi Fase Kedua: Nov 20 - Jan 21


4. Mencari produk yang sesuai

Tentu saja ini adalah step yang perlu usaha dan biaya karena cara paling gampang untuk tau produknya cocok atau engga adalah dengan dicoba. Sejujurnya saya gak belajar banyak soal kandungan-kandungan skincare, jadi keputusan beli produk ya banyakan dari liat klaim di kemasan mereka ._. Lagi lagi ini bukan untuk dicontoh ya. Akan sangat baik kalau mampu meluangkan waktu untuk belajar, membaca dulu apa yang sekenanya cocok untuk kebutuhan kita. Nah karena ketidakmampuan itu, saya mesti merelakan beberapa puluh dolar untuk produk-produk yang kurang cocok. Mulai dari pelembab yang kurang cukup menghidrasi hingga sheetmasks yang akhirnya tidak dipakai. Memang sih tidak sebanyak itu, tapi tetap saja sebal.

 

Dalam kasus saya, sangat gampang untuk membeli produk dari brand yang ada di top of mind saya. Dan biasanya ini adalah brand-brand yang pernah disebutkan cocok oleh teman terdekat yg saya percaya opininya dalam urusan per-skincare-an.

 

Satu hal yang sangat penting untuk dicatat: satu produk mungkin cukup lembab/efektif pada satu orang tapi mungkin tidak sama sekali pada orang lain. Kamu perlu mencari tahu sendiri produk mana yang cocok untukmu. 



Sebagai penutup, mengenali kulit sendiri memang bukan hal mudah. Ini bahkan lebih sulit dari mengenali anatomi vagina saat belajar menggunakan menstrual cup. Jadi perlu kesabaran ekstra untuk belajarnya. Kalau mau cepat ya berarti perlu mencari bantuan profesional, yaaa.



Ditulis di Kota S

No comments:

Post a Comment