Showing posts with label Universitas Bakrie. Show all posts
Showing posts with label Universitas Bakrie. Show all posts

Sunday, June 11, 2017

Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 2

To Discover My Self

Kamis pagi di kamar bawah tangga salah satu rumah di Jl. Menteng Atas Selatan III saya bangun agak siang. Terbangun karena bunyi denting notifikasi pesan masuk dari seorang teman. Pesannya tidak panjang tapi ampuh membuyarkan kantuk dan memaksa saya menyiapkan segala macam persyaratan pendaftaran.

Beberapa minggu setelah pesan itu, saya resmi menjadi Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) Universitas Bakrie periode 2013-2014. BOOM! Saya sendiri benar-benar tidak habis pikir. Bisa-bisanya anak baru yang semasa SMA tidak pernah ikut organisasi formal apapun tiba-tiba menang pemilu jurusan--meskipun dengan berbagai intrik dan drama di baliknya. Dan inilah milestone yang membentuk saya hingga sekarang. 
Acara Pertama Sebelum Resmi Menjadi Pengurus HMTI
Perjalanan bersama HMTI mengajarkan begitu banyak hal. Meluluhkan dinding tinggi antara saya dan teman-teman adalah satu di antara sekian banyak. Sebagian besar hari saya habiskan bersama mereka. Dari kuliah hingga persiapan program kerja. Dari pagi sampai pagi. Duduk di Student Lounge Luar dari magrib sampai dini hari. Dari mengerjakan tugas kuliah sampai cuma mengobrol tanpa arah dan tertawa sampai lelah. Kemudian kami akan pulang dengan obrolan yang tak ada habisnya di bawah temaram lampu jalanan Epicentrum.

Apa yang saya dapat dari HMTI kemudian membawa saya ingin belajar lebih banyak lagi. Hal serupa pun terulang, beberapa minggu setelah resmi lengser dari kepengurusan, saya dilantik lagi menjadi salah satu anggota komisi Senat Mahasiswa Universitas Bakrie. Siapa sangka anak yang dulunya antipati pada organisasi bisa jadi seperti ini? Haha!
Dalam Proker Kaderisasi
***

Tapi sejujurnya ada sedikit kekecewaan ketika tidak pernah memenangkan satu kompetisi eksternal pun ketika kuliah. Entah kenapa saya tidak seambisius dulu ketika SMA.

Namun, banyak juga yang saya sangat syukuri. Salah satunya adalah kesempatan "to discover myself". Ketika kuliah, saya baru tahu kalau saya sangat suka mengajar. 

Bermula dari menjadi tutor teman teman sekelas menjelang ujian, tutor calon mahasiswa baru kelas karyawan, hingga menjadi asisten praktikum mata kuliah dasar. 

Satu tutorial yang masih sangat diingat sampai sekarang adalah turorial pertama di meeting room Elite Club Epicentrum! Hahaha epic! 

Tutorial Kimia pertama di Elite Club!!!
Kami masih semester 1 kala itu. Dengar-dengar dari senior, mereka biasanya bikin semacam tutorial untuk belajar bersama sebelum ujian. Kami mau melakukan hal yang sama. Cuma karena keterbatasan ruang kampus dan bingung mau belajar di mana, jadilah salah satu teman yang kebetulan adalah member Elite Club meminjam meeting roomnya 2 jam untuk kami belajar! Agak menggelikan memang. Terutama kalau diingat ekspresi mas/mba karyawan Elite Club yang agak bingung tiba-tiba ada rombongan anak-anak dekil yang not belong to there. Dan ya, itu adalah kali pertama saya berdiri sebagai tutor kimia dasar.

Thanks to HMTI yang pada kesempatan-kesempatan setelahnya menyediakan ruang buat tutorial kami jadi tidak usah ke Elite Club lagi haha.
Industrial Expo-Breaking Industrial Limit
***

Di tahun terakhir perkuliahan, saat sudah lepas dengan segala maca urusan organisasi kampus, saya mulai ikut volunteer. Dengan tidak sengaja malah jadi sering mendongeng karena diberi kesempatan oleh Buku Berkaki. Apakah saya bagus dalam mendongeng? Tidak.  Saya cuma senang melakukannya. Dan sebenarnya, ada satu hal yang membuat saya senang mendongeng:
Mendongeng di Sekolah Alternatif Anak Jalanan (SAAJA) Param - Kuningan
Waktu kelas 2 SMP, sekolah saya kedatangan guru Bahasa Indonesia yang mengajar di Australia. Beliau orang Australia. Namanya adalah Pak Neville. Saya tidak tahu persis apa tujuan beliau berada beberapa waktu di sekolah kami. Yang jelas, waktu itu kami akan ikut lomba story telling berbahasa Inggris di kabupaten dan beliau membatu kami mempersiapkannya. Cerita saya waktu itu adalah Tuwung Kuning yang script bahasa inggrisnya punya kakak. Kami berlatih selama 1-2 minggu sampai akhirnya dikabari bahwa lombanya dibatalkan. Sayang sekali. 

Tapi, Pak Neville dengan sangat baik hati meminta kami tetap tampil sehabis upacara bendera. Dan beliau memberikan saya sepaket kamus Indonesia-Inggris. Kamus berharga ratusan ribu yang tidak dipunyai satupun anak di sekolah kami. Rasanya bahagia sekali! 

Hipotesis saya, sih, persiapan lomba story telling inilah yang membuat saya begitu menyukai dongeng. Seperti pembuka jalan, yang baru saya tapaki 8 tahun kemudian.
Membaca cerita di Pojok Cerita Festival Dongeng Indonesia Internasional 2016
Cara mendongeng saya masih amat sangat kacau, tapi saya benar-benar suka mendongeng dan mau belajar lebih banyak lagi! Tahun ini harus ikut workshop dongeng di FDII lah.

***

Setelah 3,5 tahun hiruk pikuk perkuliahan dan ekstra 2 bulan mengerjakan skripsi, saya lulus. Dan, ya, kehidupan setelah lulus ternyata menjadi semakin 'menarik' di bagian 3. 
Wisuda Universitas Bakrie Oktober 2016.



Harapan Indah, 11/06/2017 1:01 PM


P.S.
Laptop saya sempat rusak setelah bagian 2. That's the reason why bagian 3 baru naik sekarang. Thanks to Mas Abba, IT staff BPI yang bantuin bikin lapop saya normal lagi.

P.P.S. Selamat berakhir pekan, selamat berpuasa hari ke-16!

Readmore → Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 2

Monday, June 5, 2017

Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 1

Menjejak Jakarta Sendiri untuk Kali Pertama

Jakarta adalah kota yang begitu sering dielu dan keluhkan. Dielukan karena karena 'kemegahannya', dikeluhkan dengan kerasnya perjuangan yang harus ditempuh orang-orang di sini. Berjuang mengatasi segala macam stress. Terkhusus bagi saya, definisi berjuang adalah menjadi tetap waras di tengah kemacetan yang sungguh tidak masuk di akal. Entah bagaimana caranya orang-orang ini tetap menjalani hari dipenuhi kemacetan jalanan setiap hari kerja. Ah, benar benar tak habis pikir. 

Tapi Jakarta tidak melulu soal stress dan kekejaman ibu kota. Sama seperti bagaimana ia membuat jutaan orang rela berjibaku di tengah keruwetan jalan, Jakarta juga entah bagaimana membuat saya jatuh cinta. Meskipun sama sekali tak cinta dengan macetnya.

***
Bandung sedang gerimis sore itu dan saya sedang menunggu taxi pesanan untuk diantarkan ke pool salah satu travel Bandung-Jakarta di daerah Cihampelas. Perasaan saya benar-benar tidak karuan karena taxi yang (sebenarnya baru) dipesan tadi belum juga datang. Khawatir akan ditinggal travel ke Jakarta. 

Kalau dipikir-pikir lagi, waktu itu berani juga ya. Baru beberapa minggu di Bandung dan memutuskan ke Jakarta sendiri naik travel atas 'riset' lewat gugel. Cuma bermodal keyakinan kalau semuanya normal saja. Tidak ada yang harus dipikirkan. (Dan keyakinan semacam inilah yang kemudian tidak jarang membawa saya pergi tanpa arah sendirian :D hahaha).

Kami sampai di Blora lepas waktu Magrib. Saya dijemput sopir dari tempat kerja Pak Boi, paman saya. Anehnya ketika masa-masa awal ke Jakarta, setiap saya akan menumpang tinggal pasti Pak Boi sedang pulang ke Bali. Jadi lah saya selalu hanya dijemput sopir beliau dan diantarkan ke hotel. Sendirian. Cuma di kamar sampai esok pagi turun sarapan dan diantar ke Kuningan untuk ujian masuk Universitas Bakrie. Saya masih ingat sekali bagaimana pak sopir ini begitu baik hati mengantarkan saya sampai lobi kampus. Kalau diingat-ingat sekarang, rasanya lucu, cupu sekali. 2012. 

Sekitar 2 minggu setelah ujian masuk, sebaris kalimat di portal pendaftaran mahasiswa baru menyatakan bahwa saya lulus Jurusan S1 Teknik Industri dengan Beasiswa penuh. Pengumuman kelulusannya kalau tidak salah beberapa hari sebelum Ibu berulang tahun. Beberpa minggu sebelum ujian masuk universitas negeri.

Pengumuman Ujian Masuk UB

Juni 2012, saya pulang ke Bali dengan perasaan yang agak kacau karena sangat tidak yakin bisa lulus di Bandung. Benar saja, I found myself crying a little loud saat pengumuman hasil ujian masuk kampus negeri. Saya tidak lulus yang juga berarti bahwa saya akan kuliah di Jakarta, bukan Bandung. 

Pengumuman Hasil SNMPTN

***
Kali ini saya ke Jakarta untuk daftar ulang dan mencari rumah kost. Sendiri lagi. Dijemput oleh sopir di bandara dan diantarkan ke hotel, sama seperti sebelumnya. I do enjoy that moment of being alone. I really enjoy myself. Seeing things through the windows like a video clip.

Kali ketiga datang ke Jakarta lagi-lagi sendiri tapi bukan lagi dijemput sopir. Saya memilih taxi sendiri yang ternyata dikibulin. Bandara - Menteng Atas sampai 300 ribu! hahaha.

Di Menteng Atas, saya beruntung sekali dipertemukan dengan pemilik kosan yang perhatian sekali plus penjaga kost yang super baik hati. Opung dan Mba Eci. Empat tahun lebih di Menteng Atas, beberapa kali berniat pindah tapi tidak pernah benar-benar pindah sampai akhirnya saya bekerja di Bekasi. Di kost Opung ini juga saya bertemu dengan teman teman baik hati: Tami dan Yaya. Geng kosan favorit dan satu satunya.


2012, Ulang Tahun Yaya
2017
Menteng Atas amat sangat remarkable. Oh ya, sebenarnya yang membuat saya betah dan cinta Jakarta bukannya benci seperti orang kebanyakan adalah karena definisi Jakarta saya adalah Menteng Atas, Kuningan, dan sekitarnya. Naif sekali. Hidup di Menteng Atas adalah kenyamanan yang langka. Bayangkan saja, kami anak kosan sekitar Mentas hanya perlu jalan kaki ke Epicentrum, Ambasador, atau bahkan Kota Kasablanka (saya sih suka jalan kaki ke sini lewat kuburan karena memang suka jalan kaki). Ibaratnya semuanya begitu mudah dijangkau dari Mentas. Mal, GOR, taman, bioskop. Ke bagian Jakarta yang lain juga tak jauh-jauh amat. Kalau saya punya banyak uang, saya mau punya rumah di Menteng Atas saja lah. Hahaha.

(bersambung ke Bagian 2, besok!)


Harapan Indah, 05/06/2017 20:07


Readmore → Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Bagian 1

Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Intro

Tulisan ini bersifat personal, flashback, cerita tentang perjalanan yang membawa saya mengetik dari sebuah ruang tak luas di sudut Harapan Indah, Bekasi saat ini.

Dimulai dari pagi yang normal di ruang TV rumah. Pagi-pagi biasanya TV sudah dinyalakan ibu untuk membangunkan kami. Sering kali ketika bangun, ibu sudah berangkat. Saya biasanya akan memulai hari dengan duduk di depan TV yang sedari tadi mengoceh sendiri. Sembarang menonton tapi tak benar-benar memperhatikan. 

Hari itu tanpa sengaja sebuah iklan dengan durasi kurang dari 30 detik diputar. Hanya tulisan statis di layar ANTV. Iklan yang 3 tahun kemudian membawa saya kuliah di Jakarta.

Iklan itu lebih mirip pengumuman. Pengumuman tentang beasiswa Sarjana (S-1) penuh dari sebuah kampus swasta di Jakarta. Kampus yang menyandang nama salah satu keluarga kaya raya Indonesia.

***
Dan sampailah saya pada masa kelas 3 SMA. Masa ketika kami semua galau menentukan akan masuk kampus mana. Ketar-ketir kalau kalau tidak diterima di kampus yang diinginkan. 

Begitu pula saya. 

Saya masih ingat dengan iklan yang dilihat cuma sekali 3 tahun lalu. Berkat bantuan google, saya sampai pada laman universitas tersebut. Kemudian menjadikannya sebagai Rencana B. 

Ternyata saya lulus ujian masuk dengan beasiswa penuh di Jurusan Teknik Industri. Jurusan yang sama dengan Rencana A. 

Ternyata, saya tidak lulus Rencana A. 

*** 
4 Tahun kemudian saya lulus sebagai Sarjana Teknik, dihadiahi gelar Lulusan Terbaik Jurusan Teknik Industri dan predikat Cumlaude.

Dan, ya, sebulan sebelum diwisuda, saya baru saja mulai bekerja di salah satu perusahaan milik keluarga dengan nama yang sama dengan kampus saya. Keluarga yang mendirikan yayasan yang menguliahkan saya gratis: Kelompok Bakrie.

***
Bulan ini adalah bulan kesepuluh saya sebagai Management Trainee di perusahaan tersebut. Sebenarnya ada banyaaaak sekali yang ingin dibagi, saking banyaknya sampai bingung harus mulai dari mana. 

Maka, anggaplah ini sebagai intro. 

Beberapa post ke depan adalah cerita-cerita saya di Universitas Bakrie dan Bakrie Pipe Industries. 

Oh ya, biasanya yang muncul pertama di benak orang ketika tahu saya berasal dari kampus yang namanya sama dengan perusahaan saya bekerja adalah "langsung disalurkan ke perusahaan ya?". Langsung saja saya jawab di sini, jawabannya: tidak. Saya memulai semua prosesnya dari awal seperti pencari kerja lain. Nanti saya ceritakan lebih lanjut yaaa..

***
I'm overwhelmed tapi harus tidur karena besok pagi harus menempuh rute yang berat: Bekasi-Jakarta hahaha.  


Harapan Indah, 05/06/2017 0:47
Readmore → Dari Universitas Bakrie sampai Bakrie Pipe Industries: Intro