Monday, July 17, 2023

Praktisi Mengajar 2023

Semuanya dimulai tahun lalu, di bulan terakhir saya di Jakarta sebelum pindah ke Malaysia. Seperti biasa, kalau sedang di Jakarta dan Buku Berkaki ada kegiatan pasti deh menyempatkan diri untuk ke datang. Waktu itu mereka sedang menyiapkan buku untuk dikirim ke Pasaroan, Sumatera Utara. Kegiatannya kurang lebih mendata buku buku donasi dan menyampul satu per satu dengan pembungkus plastik. Bukan kegiatan yang menarik, memang, tapi bisa dibilang ya ini bagian yang harus dilakukan sebelum bukunya bisa dikirim. Makanya biasanya yang datang sedikit hahaha. Kemarin hanya ada beberapa pengurus inti. Salah satunya tentu saja Ibu Ketua kita, Kak Icha. Dari beliau di hari itulah lah akhirnya saya tahu program "Praktisi Mengajar" yang kemarin Juni kemarin saya ikuti.

Sebelum kepada cerita tentang Praktisi Mengajar ini, rasanya sangat valid untuk menulis bahwa lingkungan kita sangat berperan penting membukakan pintu ke jalan yang ingin kita tuju dengan cara yang kadang kadang tidak terpikirkan. Soal program Praktisi Mengajar ini, misalnya. Saya selalu punya keinginan untuk kembali ke kampus dan mengajar. Hal ini pernah saya sampaikan secara terbuka juga pada dosen dosen di kampus lama. Tapi memang belum pernah diusahakan dengan serius, sebatas ingin. Tapi hari itu saat kami sedang bosan melipat-lipat plastik pembungkus buku dan bicara ke sana ke mari, Kak Icha sempat menyinggung pengalamannya mengajar lewat program ini. Ceritanya lengkap dengan testimoni bahwa programnya "lumayan loh" dan juga memberi tahu akun resmi instragramnya. Obrolan ini terjadi tanggal 12 November 2022. Saya ingat karena baru saja mengecek di post @BukuBerkaki hahaha. Tentu saja saya langsung follow dan terbersit keinginan untuk mendaftar jika program ini dibuka lagi nanti.

Hidup berjalan seperti biasa dan dengan keriwehan beradaptasi di tempat baru setelah itu. Sekitar bulan Maret tahun ini, untungnya algoritma Instagram bekerja cukup baik untuk saya. Saat program ini dibuka, postnya langsung muncul di home instagram. Buru-buru mendaftar dan seperti biasa, diselesaikan sedikit menjelang batas waktu pendaftaran dengan satu dua drama administratif. Pada titik ini saya tidak berharap akan lolos dan mendapat kelas juga sebenarnya. Seperti biasa, saya cuma mau tahu prosesnya seperti apa. Saya pun mencoba mengajukan diri untuk melakukan kolaborasi dengan beberapa kampus, akan tetapi hingga batas waktu pendaftaran kolaborasi belum ada yang membalas.

Tapi tahu tahu ada pesan whatsapp masuk dari salah satu PIC kampus yang menawarkan saya untuk melakukan kolaborasi dan kampus ini bukanlah kampus yang saya ajukan sebelumnya. Setelah mendiskusikan teknisnya, akhirnya kolaborasinya terdaftar dan lulus review. I took the chance to collaborate in "Retail Management" study at "Politeknik Negeri Semarang". I was so excited! Excited karena dua hal sebetulnya. Pertama karena saya akan mengajar di kampus dalam setting formal. Kedua karena kampusnya di Semarang. 

Singkat cerita, 6 dari total 8 kelas yang harus saya penuhi dilakukan online. 2 sisanya saya mengajukan offline di kampus karena ingin ke Semarang. Untungnya dosen mau mengakomodasi permintaan ini hehe~

6 kelas online ini dilakukan di sore hari setelah magrib Waktu Indonesia Barat atau sekitar pukul 18.30 atau pukul 19.30 waktu Selangor. Waktu kerja saya berakhir pukul 17.00, biasanya sampai apartemen pukul 18.00 kalau pulangnya tepat waktu. Di atas kertas ada 90 menit yang bisa digunakan untuk mempersiapkan kelas. Tapi kenyataannya 90 menit ini berlalu cepat sekali. Saya hanya sempat makan dan kemudian siap siap buka zoom. Belum lagi kalau sinyal mendadak jelek. Duh~ degdegan~

Mengajar secara online tidak mudah. Mengajar online berarti saya tidak bisa melihat secara langsung ekspresi dan gesture dari peserta didik. Belum lagi keterbatasan interaksi tanya jawab karena online setting cenderung membuat orang enggan bicara langsung entah karena effort open mic dan sorotan yang lebih menegangkan dari setting kelas secara langsung. Tetapi mau tidak mau the class must go on. Saya jadi belajar lagi untuk mempraktikan apa yang dulu saya dapat saat training untuk "embrace the silence". Saya mencoba tetap sadar bahwa peserta membutuhkan waktu untuk berpikir dan merespon dalam keheningan tersebut. Jadi tidak harus panik dan terburu-buru, tapi cukup diberikan waktu. Nyatanya memang betul, para peserta kelas sebenarnya cukup aktif ketika diberikan waktu dan kesempatan. Mereka juga punya banyak pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah saya pikirkan. 

Di sisi lain, proses belajar mengajar ini juga membantu saya untuk menyadari preferensi personal bahwa mengarahkan kelas yang paling cocok untuk saya adalah dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan membuat peserta didik "terpaksa" harus berpikir dan proses berpikir inilah yang sebenarnya akan meninggalkan jejak. Setidaknya ini yang saya alami dulu dan ingin saya ulangi di kelas. Tapi jujur saja, ini cukup sulit apalagi ketika kelasnya online dan baru mencoba menerapkan "embrace the silence".

Ada banyak sekali yang masih kurang di kelas saya kemarin. Nevertheless, I feel so grateful. Grateful untuk kesempatan mengajar dan grateful atas mahasiswa yang juga aktif untuk mengikuti kelasnya hingga akhir.

Setelah program ini selesai, sempat terpikir bahwa banyak sekali yang tidak saya tahu tentang cara "mengedukasi" di kelas. Tiba tiba teringin sekolah lagi mengambil "Education" dan semacamnya. Tapi ya dengan keadaan seperti sekarang, usaha yang diperlukan untuk sekolah lagi tantangannya cukup banyak. Jadi mungkin harus dipendam dulu~ tapi siapa tahu tiba tiba terwujud lagi, kan? hehe~

Jujur saja, mengajar sepulang kerja bukan sesuatu yang mudah. Kadang kala sangat melelahkan ketika pekerjaan di kantor sedang berat beratnya. Tetapi kelas yang 90 menit sepulang kerja ini semacam dunia lain yang juga menyenangkan untuk dihidupi. Jadi hidup bukan seluruhnya soal kerja.

Saya berencana untuk mengambil satu kelas lagi semester depan. Ada beberapa motivasi utamanya. Pertama, ambisi pribadi untuk membawakan kelas yang lebih baik dari kelas pertama saya. Lebih terstruktur, lebih tidak tergesa-gesa, lebih banyak alokasi waktu untuk interaksi daripada materi. Kedua, sebagai orang yang sepanjang pendidikan tingginya dibiayai oleh banyak orang, saya ingin sebanyak mungkin memberikan kembali apa yang sudah saya dapat. I want to continue spreading the good deeds.

Bisa dibilang ini adalah salah satu "highlight" saya di 2023 selain soal pekerjaan. Let's see how it goes :)





Subang Jaya, 16 July 2023 22.33

Cheers,
Dwika

No comments:

Post a Comment