Monday, November 11, 2024

Tentang Teh

Tea is one of the most frequently used word for me lately at work, simply because we share "tea" to each other especially my closest coworkers hahaha.

But I also have a story about the actual tea. Let me tell you...

Sebagai warga yang seumur hidupnya cuma minum teh kantong/kemasan, pengetahuan teh-tehan dari teman teman Chinese di kantor jadi sangat menarik.

Misalnya saja soal "tea washing". Sesuatu yang tidak pernah ada di budaya saya karena ya teh cuma diseduh dari kantongnya, atau ditaruh di saringan dan diguyur air panas kemudian ditambahkan gula.

Sedangkan di sini setiap makan di restoran cina, Joey akan memperagakan bagaimana gelas minum teh akan diguyur terlebih dahulu dengan seduhan pertama teh dalam poci menggunakan air mendidih yang diambil sendiri dari dispenser stainless berbentuk kotak besar. Dispenser ini biasanya ada beberapa di sekitar restoran tersebut. Setelah itu seduhan pertama "tea washing" ini, barulah teh diseduh kembali untuk kita minum. Tentu saya tidak paham kenapa harus begitu pada awalnya. Sampai akhirnya hari ini kawan kerja membawa "duck-shit oolong tea". Haha, sebentar saya akan kembali pada duck-shit ini. Jadi aktivitas tea washing menurut penjelasan seorang teman, dilakukan untuk membersihkan daun teh kering sebelum kita minum, dibilas dulu -- yang merupakah hal masuk akal kalau dipikir bahwa teh tersebut sebelumnya dipetik dipohon kemudian dikeringkan bisa jadi ada impurities yang terikut sehingga seduhan pertama berfungsi untuk meminimalisirnya. Untuk jenis teh tertentu yang tergorong cukup bersih, tidak tehnya bisa langsung diminum, misalnya si "duck shit oolong tea" tadi. Hal yang tidak ada di budaya saya.

Siang tadi, setelah minum segelas teh yang kami seduh, saya sempat mengais dedaunan yang masih mengendap di dasar gelas. It's literally daun kering seperti foto di bawah. Masih bisa terlihat jelas bahwa sebelumnya daun tersebut berawarna hijau dan seketika saya terkesima. Saya jadi teringat bagaimana dulu ibu akan menyeduh teh untuk dijual di kantin. Daun tehnya terlihat sangat kering dan sudah terpotong potong tipis, yang mana setelah diseduh ampas daunnya pun hanya seeperti gumpalan bunga rampai berwarna coklat pekat. Kemudian saya tersadarkan kenapa banyak teh berharga tinggi dan betapa selama ini saya cuma minum teh kualitas rendah hahahah!

Dari teman teman saya di sini, saya baru tahu kalau teh ada sangat banyak jenisnya, banyak tipe rasanya, banyak gunanya. Ada teh yang bikin sulit tidur jadi tidak baik diminum malam, ada teh yang menenangkan dan cocok diminum sebelum tidur. Saya juga baru tahu kalau beda jenis teh maka beda teman minumnya. Ada teh yang bisa diminum dengan susu, ada teh yang lebih nikmat dengan lemon dan madu.

Tadi saya berniat menambahkan susu kedalam oolong tea tadi, kawan saya sontak bilang "add milk your head". HAHAHA

Kembali soal "duck shit oolong tea". Bisakah kalian menebak kenapa tehnya dinamai seperti itu?

Tebakan saya pada awalnya -- tentu karena juga saya anak kampung yang familiar bagaimana kotoran hewan dijadikan pupuk -- mungkin karena menggunakan pupuk kotoran bebek. Dan ya, sesederhana itu.... Katanya kotoran bebek sangat baik sebagai pupuk pohon teh. 

Bahkan sebelum benar benar belajar soal teh sudah banyak sekali hal menarik yang saya dapat dari sekitar. Mungkin ini saatnya membaca "Teh dan Pengkhiat"?


Klang, 11/11/24
Readmore → Tentang Teh

Thursday, October 3, 2024

About Compliment

A meeting just called off as our China counterpart is on public holiday this whole week and instead of utilizing the timeslot for preparing my training deck, I feel the urge of writing something about work, a quick one.

Work lately is a like roller-coaster ride--um, although I never did one, but that's how people would call it. In my description it would be, "one day I learn to do one thing, struggling, cry, then sunshine. The next day I had to repeat as they assigned me to do a new one". Yeah, like a normal work we all do, nothing so serious about it, it's just work.

But work also have fun part! As they also said, if you don't like your job, you wasted one third of your life.
So here I am typing one of the fun parts I appreciate from my current job: Compliment.

I first encountered how people complimenting to each other is when I moved to Sydney. I still remember how at that time when people gave me compliment, I did not know how to respond. I would only say "thank you", which I feel like ending the conversation in "just like that" way. It's such a waste of flow. There should have been more talks from there. I should have utilized that as a starting point to talk more to people and make friends. But I did not. 

Coming back home, it was covid, I did not connect much with new people face to face.  New job and coworkers were online. Life was online. 

I still struggle how to do that compliment stuff. I tried, of course, but it was not very smooth this time because now I am back in Indonesia where most people will be shy when they get such compliment and don't really know how to reply back--just like me. Some conversation would look like this:

Me: kamu kacamata baru yaa? cakep deh!
The person: ah? enggak kok udah lama. (end)

Hahaha. Sounds familiar?
Actually it can be many reasons it went that way.
1) I did not sound genuine, 2) The person dont like to talk to me, 3) The person dont like to be noticed, 4) They just dont know how to reply--just like me. 

And probably that's how people in my culture ended up not verbally expressing compliment, which is actually fine.

Then I moved here in Malaysia, where my office mates are so diverse, coming from different nationalities and backgrounds. It's similar with Sydney days here.

Just like today, I walked from the pantry with my new tumbler and a coworker from her desk simply said "oh you tumbler is so cute!". 
Then I show her my tumbler, saying, "yeah, it's a gift! btw your umbrella [which she place nearby my workspace] also cute. I saw this morning."
Then she replied again, "[it's from Mr.] D.I.Y je.."
Then I said, "Oh, did not know D.I.Y got cute stuff like this one"

See... the compliment leads to knowledge that Mr DIY sell cute umbrella!

On the other event where I became an MC, some people came to me and say nice stuff about how I did at the end of the event. At that moment, my mind was, "Oh! Is this the way I should compliment people?? How come I just knew this way? I also want to compliment people for the great work and effort like that! Oh this feels so good to be appreciated! Next time I will use this method!!"

Yeah, every time, I feel like I learn how to give genuine compliment to each other. I think previously in my culture, when we see someone doing great or wearing nice stuff we just observe and appreciate it in our heart only. I did not know when it is expressed verbally, it would feel so good.

So yeah, now in my Malaysia office day, when I saw my friend did a stunning make up, I tell them. When I notice their KPI is shining, I would tell them they are so cool. I want to appreciate people as they should be appreciated. Because feeling appreciated feels so good!

Reflecting to those days in Sydney, I'm glad that now I could express compliment without feeling awkward at all. And it has been 5 years now :)

Port Klang, 3-Oct-2024





Readmore → About Compliment

Monday, April 22, 2024

First Half FY24 Workout Review

Pada recap 2023 tahun lalu saya menulis satu kalimat soal memulai olahraga di kuartal akhir. Tidak terasa separuh lebih FY24 sudah terlewat, tepatnya delapan bulan. Ternyata saya masih konsisten masuk kelas-kelas olahraga di setiap bulannya. Kadang skip 1-2 minggu biasanya karena pulang ke Jakarta/Bali atau kunjungan keluarga ke sini. 

Here is the recap from 1 September 2023 to 21 April 2024:




I attended total 44 classes, 2520 minutes 
missing 5 classes due to kecapean, kena macet, atau lagi males banget.


Top classes attended: Yoga, Pilates, Spin Class.
  • Yoga karena paling akesibel, studionya cuma 7 menit dari apartemen.
  • Pilates karena personal curiosity, pengen banget bisa mastering the class biar bisa bikin konten. Tapi sampai sekarang selalu meringis tiap reps. 
  • Spin class karena seru--probably related to adrenaline--bisa pushing myself to the limit and can scream especially in double time.
  • Honorable mention: Tennis, baru coba 3 kali, juga seru--penasaran karena belajar dari awal sekali, dari pegang raket. 2-hr session can burn 700+ calories.
The month I exercised the most: FEBRUARY (8 Classes)
Saya pernah post 1 tweet yang isinya ingin konsisten berolahraga minimal 4 kali seminggu. Kalau dilihat, ternyata bisa juga. Rata-rata 5.5 kelas per minggu. Oh I set the bar too low haha!



How do I feel about it?
Less guilty. 

To be honest my motivation originally was just to have something to do over the weekend. That time I broke up with my bf and I tried to have more activities to think less about it. I ended up back again with him and this weekend workout somehow stay. It only took 1-2hr of my morning in the weekend. Since I most of the time take the earliest class (7-8AM starts), it requires me to wake up early and the day then feels longer.

Then I also reflect on how my mom is staying fit in her 50s is also because she actively doing the aerobic/zumba/senam class 2-3 times weekly for yearsssss. I want to age like her and I can start now.

My workout frequency is considered light tho. But still I feel less guilty doing life with this routine. Less guilty that at least I tried hahaha.

But I feel like my "enough with less guilty" phase should stop here. I want to see improvements, numbers, pictures to show the impact. So probably my FY25 goal would be a documented progress and a more planned workout. It's difficult to catch up with all type of exercises if I only do weekend. Either I add more days or i focus in selected sports. Let's see.

So now, when there is a question of "what sports you do?"  or "how frequent you exercise?", I have exact answers. Haha. 

Probably I should review the studio/gym I visited? Let me know!

Oh ya, kelas kelas ini saya akses melalui aplikasi ClassPass. Jadi saya tidak harus berlangganan/membeli drop-in class di masing masing gym. Keuntungannya bisa mencoba sebanyak mungkin gym/studio dan berbagai jenis olahraga. ClassPass punya sangat banyak studio/gym dan juga salon/spa. Biaya langganannya pun menurut saya sangat "berbaloi" kalau bahasa orang sini, sangat sesuai dengan harga yang ditawarkan. Saya pernah beberapa kali membandingkan harga langganan ClassPass dengan harga keanggotaan beberapa gym yg juga tersedia di ClassPass dan hasilnya harganya lebih bagus ClassPass. Ditambah dengan variasi kelas yang ditawarkan, dahlah menang mereka. 

Di Jakarta juga ada cukup banyak kelas yang tersedia, loh. Apalagi Jaksel. 
In case you want to have a try, you can use this link to get extra 20 credits. Free trial for the first month: https://classpass.com/refer/I1RKVB7729 

Disclaimer:
This is not a sponsored post. I was not intended to write promotional post at the beginning. Suddenly it feel like want to share this info since I also knew this app years ago from my friend, Arum, without really checking that time. Apparently such info was useful in the future. Thanks Arum! :)




Readmore → First Half FY24 Workout Review

Tuesday, January 2, 2024

2023

Saya menulis catatan ini dalam perjalanan pulang dari HCMC. Sebenarnya draft tulisan penutup tahun sudah dipikirkan sedari beberapa hari lalu saat masih di Saigon, tapi selalu beralasan “ah tidak ada laptop untuk mengetik, ada yang kurang, nanti saja”. Tapi dipikir lagi, perjalanan ini akan makan waktu 2 jam, saya pun tidak mengantuk. Maklum, selama 3 malam di Saigon selalu tidur pukul 9 malam dan bangun pukul 6. Sangat ideal hahaha. Jadi saya putuskan untuk mengetik saja di perangkat genggam sebelum rasanya pudar. 

Sedari kemarin sebenarnya saya juga sudah sempat “drafting” pembuka tulisan di pikiran, bimbang apakah akan dalam bahasa Inggris atau Indonesia atau campuran keduanya. Tapi ternyata hari ini saya menulis dengan bahasa Indonesia. 

Oh ya, dari tadi saya beberapa kali menyebut HCMC/Saigon karena akhir tahun 2023 dihabiskan di kota ini. Perjalanan yang dadakan, nanti mungkin saya menulis lebih banyak tentang ini. 

Sekarang kembali lagi ke 2023. 
Sejujurnya, 2023 adalah tahun yang cukup mengagetkan untun saya. Tahun yang dimulai dengan ekspektasi sederhana agar bisa beradaptasi dengan baik dengan pekerjaan baru di Malaysia, ternyata diakhiri dengan banyak sekali hal hal tidak terduga yang menyenangkan. 

2023 saya mengharapkan 3 hal: baca, senang senang, kerja, dan belajar hal baru. Cukup senang sebagian besar kesampaian. 

1. Belajar mengemudi 
Pertama kali belajar menyetir mungkin kelas 2 SMA, tapi tidak pernah benar benar serius dan tidak pernah ada kepentingan untuk itu. Pun ketika kuliah, semua bisa dengan transportasi umum di Jakarta dan sekitarnya. Saat mulai bekerja di Bekasi, saya naik motor lagi karena pabrik jaraknya cuma 5 menit dari kosan. Setelah itu kuliah lagi di Sydney, makin merasa tidak butuh menyetir. Saat kembali ke Jakarta pun masih hangat hangatnya COVID, dapat pekerjaan yang sepenuhnya dikerjakan dari rumah. 

Sampai akhirnya pindah ke Malaysia. Tidak ada transportasi umum yang bisa saya andalkan dari tempat tinggal ke kantor. Bisa naik grab, tapi mahal dan tidak bisa fleksibel untuk berangkat dan pulang jam berapa. Selalu ada ketidakpastian tidak dapat driver. Tumpuan saya cuma satu saat itu, dibolehkan menumpang Mba Astri dari awal masuk kerja sampai setahun saya di sini. 

Sebenarnya, saya sudah mulai mendaftar kursus menyetir dari Mei, setelah lulus masa pecobaan selama 6 bulan. Dua hal ini penting untuk saya karena belajar menyetir di Malaysia ini cukup mahal, saya tidak rela menghabiskan hampir 10 juta rupiah tapi kalau ternyata tidak lulus masa percobaan, buat apa? Tapi apesnya, antrian di sekolah mengemudi rekomendasi semua rekan kerja saya ini antriannya panjang sekali dan proses administrasinya amat sangat ribet. 

Singkat cerita, saya baru punya sim di akhir Oktober dan mulai menyetir di awal November. Saya masih ingat bagaimana paniknya saat pertama kali test drive ditemani rekan kerja dan merekapun tegang sekali melihat kemampuan menyetir saya saat itu. Bagaimana saya berisik sekali karena panik saat membawa mobilnya ke rumah. 

Sekarang sudah 2 bulan menyetir dengan trayek utama tempat tinggal ke tempat kerja. Ini adalah salah satu pencapaian hard skill yang paling membanggakan tahun 2023. 

2. Mengajar 
Ada 2 kesempatan mengajar yang tidak pernah disangka sangka akan ada akan terjadi di tahun ini. Pertama Praktisi Mengajar, kedua menjadi dosen tidak tetap. Kedua pengalaman ini berharga sekali, saya jadi tahu seberapa jauh ketertarikan terhadap mengajar yang saya pikir oh saya sangat sukai dan nikmati. Ternyata tidak sesederhana itu. Mengajar, lengkap dengan persyaratan administrasinya, ternyata bukan hal yang mudah. Apalagi dengan kondisi bekerja fulltime. Selalu ada kehawatiran juga apakah yang saya sampaikan sudah benar dan berguna untuk mahasiswa. 

Mengajar secara paruh waktu mungkin tidak akan masuk sebagai prioritas di 2024 karena rasanya belum siap dengan segala tanggung jawabnya. Cukup untuk mencoba di 2023, dan mungkin akan kembali lagi nanti kalau sudah siap. 

3. Membayar penasaran -- dan senang senang 
2023 dibuka dengan mencoba punya tato, hal yang sudah lama terpikir tapi tidak pernah serius. Kemudian membeli quad roller skate yang sekarang sudah tidak pernah dimainkan lagi. Tapi saya senang sekali akhirnya melakukan hal hal yang dulu cuma di pikiran saja. Demi membayar rasa penasaran. 

Selain itu kuartal terakhir 2023 juga mulai ikut kelas untuk olahraga lagi. Semoga 2024 tetap Bisa konsisten. 

4. Menyanggupi komitmen 
Tidak ada yang ingin saya tulis di blog. Hehe. 

5. Pekerjaan 
Masih sering frustasi dengan pekerjaan, tapi bukan lagi soal merasa lambat seperti di awal 2023. Now that im well adapted, i need to perform hahaha. This is another thing I woudnt share much here. 

Ada banyak hal yang lebih yang ingin diwujudkan tahun 2024, lebih banyak harapan dibanding saat memulai 2023 kemarin. 
  1. Road trip di Malaysia: Melaka, Ipoh, Penang, East Coast. 
  2. Renang — dan snorkeling tanpa pelampung, syukur syukur kesampean open water diving
  3. Jalan kaki avg 5000 langkah sehari — ini belum tahu gimana caranya agar tidak malas 
  4. Konsisten olahraga 2 kali seminggu 
  5. Baca 1 buku 1 bulan. Target ini ada terus dari tahun ke tahun, tapi selalu tidak terpenuhi. Tahun 2023 ini sangat buruk, 0 book. 
  6. Disiplin sama uang. Rajin rajin catet spending dan menabung. Gak beli beli yang gak perlu, tolong banget ya ini. 
  7. Kerjaan baru (details not shared). AMIN.
Sekali lagi saya memulai tahun dengan banyak harapan dan menulis ini adalah salah satu hal supaya nanti bisa dibaca lagi, diingat lagi mau ngapain aja. Semoga satu satu bisa kesampaian.  

Ditulis di saat terbang dari HCMC menuju KL 

Dipost dari Subang Jaya 02 Jan 2024
Readmore → 2023

Monday, July 17, 2023

Praktisi Mengajar 2023

Semuanya dimulai tahun lalu, di bulan terakhir saya di Jakarta sebelum pindah ke Malaysia. Seperti biasa, kalau sedang di Jakarta dan Buku Berkaki ada kegiatan pasti deh menyempatkan diri untuk ke datang. Waktu itu mereka sedang menyiapkan buku untuk dikirim ke Pasaroan, Sumatera Utara. Kegiatannya kurang lebih mendata buku buku donasi dan menyampul satu per satu dengan pembungkus plastik. Bukan kegiatan yang menarik, memang, tapi bisa dibilang ya ini bagian yang harus dilakukan sebelum bukunya bisa dikirim. Makanya biasanya yang datang sedikit hahaha. Kemarin hanya ada beberapa pengurus inti. Salah satunya tentu saja Ibu Ketua kita, Kak Icha. Dari beliau di hari itulah lah akhirnya saya tahu program "Praktisi Mengajar" yang kemarin Juni kemarin saya ikuti.

Sebelum kepada cerita tentang Praktisi Mengajar ini, rasanya sangat valid untuk menulis bahwa lingkungan kita sangat berperan penting membukakan pintu ke jalan yang ingin kita tuju dengan cara yang kadang kadang tidak terpikirkan. Soal program Praktisi Mengajar ini, misalnya. Saya selalu punya keinginan untuk kembali ke kampus dan mengajar. Hal ini pernah saya sampaikan secara terbuka juga pada dosen dosen di kampus lama. Tapi memang belum pernah diusahakan dengan serius, sebatas ingin. Tapi hari itu saat kami sedang bosan melipat-lipat plastik pembungkus buku dan bicara ke sana ke mari, Kak Icha sempat menyinggung pengalamannya mengajar lewat program ini. Ceritanya lengkap dengan testimoni bahwa programnya "lumayan loh" dan juga memberi tahu akun resmi instragramnya. Obrolan ini terjadi tanggal 12 November 2022. Saya ingat karena baru saja mengecek di post @BukuBerkaki hahaha. Tentu saja saya langsung follow dan terbersit keinginan untuk mendaftar jika program ini dibuka lagi nanti.

Hidup berjalan seperti biasa dan dengan keriwehan beradaptasi di tempat baru setelah itu. Sekitar bulan Maret tahun ini, untungnya algoritma Instagram bekerja cukup baik untuk saya. Saat program ini dibuka, postnya langsung muncul di home instagram. Buru-buru mendaftar dan seperti biasa, diselesaikan sedikit menjelang batas waktu pendaftaran dengan satu dua drama administratif. Pada titik ini saya tidak berharap akan lolos dan mendapat kelas juga sebenarnya. Seperti biasa, saya cuma mau tahu prosesnya seperti apa. Saya pun mencoba mengajukan diri untuk melakukan kolaborasi dengan beberapa kampus, akan tetapi hingga batas waktu pendaftaran kolaborasi belum ada yang membalas.

Tapi tahu tahu ada pesan whatsapp masuk dari salah satu PIC kampus yang menawarkan saya untuk melakukan kolaborasi dan kampus ini bukanlah kampus yang saya ajukan sebelumnya. Setelah mendiskusikan teknisnya, akhirnya kolaborasinya terdaftar dan lulus review. I took the chance to collaborate in "Retail Management" study at "Politeknik Negeri Semarang". I was so excited! Excited karena dua hal sebetulnya. Pertama karena saya akan mengajar di kampus dalam setting formal. Kedua karena kampusnya di Semarang. 

Singkat cerita, 6 dari total 8 kelas yang harus saya penuhi dilakukan online. 2 sisanya saya mengajukan offline di kampus karena ingin ke Semarang. Untungnya dosen mau mengakomodasi permintaan ini hehe~

6 kelas online ini dilakukan di sore hari setelah magrib Waktu Indonesia Barat atau sekitar pukul 18.30 atau pukul 19.30 waktu Selangor. Waktu kerja saya berakhir pukul 17.00, biasanya sampai apartemen pukul 18.00 kalau pulangnya tepat waktu. Di atas kertas ada 90 menit yang bisa digunakan untuk mempersiapkan kelas. Tapi kenyataannya 90 menit ini berlalu cepat sekali. Saya hanya sempat makan dan kemudian siap siap buka zoom. Belum lagi kalau sinyal mendadak jelek. Duh~ degdegan~

Mengajar secara online tidak mudah. Mengajar online berarti saya tidak bisa melihat secara langsung ekspresi dan gesture dari peserta didik. Belum lagi keterbatasan interaksi tanya jawab karena online setting cenderung membuat orang enggan bicara langsung entah karena effort open mic dan sorotan yang lebih menegangkan dari setting kelas secara langsung. Tetapi mau tidak mau the class must go on. Saya jadi belajar lagi untuk mempraktikan apa yang dulu saya dapat saat training untuk "embrace the silence". Saya mencoba tetap sadar bahwa peserta membutuhkan waktu untuk berpikir dan merespon dalam keheningan tersebut. Jadi tidak harus panik dan terburu-buru, tapi cukup diberikan waktu. Nyatanya memang betul, para peserta kelas sebenarnya cukup aktif ketika diberikan waktu dan kesempatan. Mereka juga punya banyak pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah saya pikirkan. 

Di sisi lain, proses belajar mengajar ini juga membantu saya untuk menyadari preferensi personal bahwa mengarahkan kelas yang paling cocok untuk saya adalah dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan membuat peserta didik "terpaksa" harus berpikir dan proses berpikir inilah yang sebenarnya akan meninggalkan jejak. Setidaknya ini yang saya alami dulu dan ingin saya ulangi di kelas. Tapi jujur saja, ini cukup sulit apalagi ketika kelasnya online dan baru mencoba menerapkan "embrace the silence".

Ada banyak sekali yang masih kurang di kelas saya kemarin. Nevertheless, I feel so grateful. Grateful untuk kesempatan mengajar dan grateful atas mahasiswa yang juga aktif untuk mengikuti kelasnya hingga akhir.

Setelah program ini selesai, sempat terpikir bahwa banyak sekali yang tidak saya tahu tentang cara "mengedukasi" di kelas. Tiba tiba teringin sekolah lagi mengambil "Education" dan semacamnya. Tapi ya dengan keadaan seperti sekarang, usaha yang diperlukan untuk sekolah lagi tantangannya cukup banyak. Jadi mungkin harus dipendam dulu~ tapi siapa tahu tiba tiba terwujud lagi, kan? hehe~

Jujur saja, mengajar sepulang kerja bukan sesuatu yang mudah. Kadang kala sangat melelahkan ketika pekerjaan di kantor sedang berat beratnya. Tetapi kelas yang 90 menit sepulang kerja ini semacam dunia lain yang juga menyenangkan untuk dihidupi. Jadi hidup bukan seluruhnya soal kerja.

Saya berencana untuk mengambil satu kelas lagi semester depan. Ada beberapa motivasi utamanya. Pertama, ambisi pribadi untuk membawakan kelas yang lebih baik dari kelas pertama saya. Lebih terstruktur, lebih tidak tergesa-gesa, lebih banyak alokasi waktu untuk interaksi daripada materi. Kedua, sebagai orang yang sepanjang pendidikan tingginya dibiayai oleh banyak orang, saya ingin sebanyak mungkin memberikan kembali apa yang sudah saya dapat. I want to continue spreading the good deeds.

Bisa dibilang ini adalah salah satu "highlight" saya di 2023 selain soal pekerjaan. Let's see how it goes :)





Subang Jaya, 16 July 2023 22.33

Cheers,
Dwika

Readmore → Praktisi Mengajar 2023

Tuesday, February 14, 2023

2022

It has been 44 days since of 2023 and I just started to write my 2022 recap.

What to blame this year? 
Of course the hassle of moving in to Selangor - the state I never thought I would visit, let alone to live in.

2022 was another surprising year. 
I knew exactly I want to leave ID again, but I never expect it would be this quick. 
It's only 2 years since I'm back from Sydney. 

Well, it's quick but not that quick. The recruitment process itself took almost a year since I first submit my application for this role. 

Anyway, throwback to early 2022: rough year at work.
Rough but I'm glad that it was rough. My manager, Adelia, she shot me so many chances and at the end helped me unlocking the next stages. It was rough, I cried a lot, I made mistakes, and I learn how to fix things, connect with so many people. I wouldn't know I could do those if she did not give me the chance. Kata orang, rejeki banyak bentuknya, salah satunya ya punya manager yang supportive ya.

At the end of the year, i moved to Malaysia. To the other part of the supply chain.
A whole new experience. It's not just about the job. Beyond that, moving out for work at this age, alone, apparently isn't as easy as moving out to Sydney for study. At many times I feel lost. But I'm adapting, i know. Just need to be a bit patient. You're always in rush, Dwika. Maybe it's time to take things slowly this time. 

I think thats the two highlight of 2022.

Then, what is it for 2023?
1. Force yourself to read and write, PLEASE. PLEASE. PLEASE. I BEG YOU.
I'm worried that you stop doing those 2 things and becoming dumb.
2. I hope you can be at the same speed just like in your previous role. I know it takes time, but, PLEASE DO TRY LAH. WHY YOU SO LAMBAN THESE DAYS??
3. You neglect the French lesson for 2 years, I hope you find a skill to learn this year. If French doesn't work, try other things. PLEASE LEARN SOMETHING.
4. Have fun. Please enjoy your time in Malaysia. I don't want you missing all the fun bcs you rotten on your bed. Go outside, run, hike, do something physical. I don't want you to be old and weak ok.

Not much for 2023, i just want to live it to the fullest. So one day when I'm old, I'll remember many things from Malaysia.

I'm hoping a good year to you also.

Selangor, 13 Feb 2023 23.26

PS. I'm sad seeing your writing is so bad now. 
Readmore → 2022

Saturday, November 12, 2022

Wika in Joyland 2022

The excitement was there even when it was just the start of W43.
I finally went to a festival again after the last one was in 2018: We The Fest.

Kenapa jaraknya jauh banget? Karena the timeline was sucks. 
Festivals biasanya mulai dari akhir Juli sampai akhir tahun while I left for Sydney just in the first week of Aug 2019. Arrived, adapting, watching only Rich Brian, then covid happened.

Long story short, sebenarnya banyak rencana nonton festival ini itu yang banyaknya di Jakarta, tentu saja. But I decided to stay in Bali for most of the time in this 2022. Yaudah, timelinenya ga masuk aja, semua festival-festival itu adanya pas saya lagi di Bali.

Awalnya sih udah diikhlasin aja, ya. Kayak, yaudah, mau gimana lagi, urusan pindahan ke Malaysia lebih penting.

Rencana awalnya, saya di Jakarta maksimal 2 minggu di akhir November untuk urus resign dan settling visa. Eh, ternyata visa saya sempat ketahan sampai 3 minggu. Jadilah extend sebulan di Jakarta, jadilah timelinenya masuk buat nonton satu festival: Joyland!

Tulisan ini adalah catatan kesan-kesan menghabiskan Jumat hingga Minggu lalu di lapangan Softball GBK. Catatan agar jika suatu hari nanti saya baca lagi, bisa saya rasakan lagi euphoria akhir pekan W43.

Hari Pertama: Jumat, 4 November 2022
Tepat seminggu lalu. I was so excited when we arrived at the venue. We arrived early and it was already dark because of the clouds~ Yes, it was about to rain. It rained a bit when we queued at the gate. 

The first day... i didn't expect it would went that way. 

The first performer was Years&Years in the main stage. They were killing it. I mean, with all those stage acts and choreography, who cant resist to not dance with them??? Walaupun cuma tau berapa biji lagunya, but I really enjoy watching them on stage. Oh, one thing that catch my attention was the bass. Duh, there was that one song with a bold bass yang enak banget haaahhh. I have the footage but too lazy to upload it here. 

Right after Years&Years, we went to Ali's stage. It was the smallest stage. Gak tinggi juga. Gak seberapa ramai juga waktu kita dateng. So I stand like in the second row. Awalnya belum hujan, terus tiba tiba deras. I put the raincoat on and standing there amazed with the sounds of the guitar. Beneran kayak bengong, keren banget whyyyy. At that point kepikiran apakah aku harus beli gitar mahal padahal ngga bisa main gitar :)

After that, it was rain cats and dogs. Nunggu ujan reda di satu tenda yang mereka pakai sebenarnya untuk kids activities. Untungnya sih Jumat itu gak seberapa ramai ya, meskipun padet dalem tenda tapi cukup-cukup aja gak sampe sesak berdesakan.

Hujan kelar, sepatu basah, ga boleh re-entry. Yaudah jam jam berikutnya diisi dengan sedikit mengocehi sepatu yang basah.

Panggung yang berikutnya ditonton adalah The Adams. Awalnya ya duduk duduk anteng karena mau keringin kaki aja, nonton dari jauh. Eh pas mereka main Pelantur, langsung ketriger semua memori di kereta ke Newcastle muter lagu ini berkali kali. I put my shoes on and run to the crowds, singing it out loud. Celebrating the memories. I went to their shows quite often actually but I never realised that I actually know their songs. I sang to so many songs and it was fun! That was when I understand why people like them a lot. Dalam bahasaku yang cetek ini, their music is not basic. They're singing generic topics but their music is not basic.

Eh ternyata The Adams was the end of the night. Before The Adams, it was Seringai on the same stage. To be honest, I didn't expect that I would enjoy them. Tapi ya ternyata kok bisa. Pertunjukan mereka semacam pakai headset terus kencengin volume maksimum dikali 50. Jedar jedur berasa sampe dada woy. Tapi seru banget. Dari panggung ini sih jadi agak paham ya kenapa orang bisa suka band ini. Kadang kan memang pengen sesuatu yang memekak kan telinga tapi enjoyable. Nilai tambah lainnya, mereka bawa topik topik yang menyentil sana sini, mendukung buat kalau lagi emosi. Oh ya, mereka juga welcoming those newbies to their show and which I really appreciate. 

Day one was epic. From the heavy rain, from my first time experiences. 

Hari Kedua: Sabtu, 5 November 2022
Hari ini ya another first time nonton ini itu. I started the afternoon watching Sajama Cut. 
Kalian tahu kan kalau energi yang ada di panggung tuh bisa berasa sampai penontonnya? That was what I felt. Watching the vocalist really into the songs sampai naik naik ke semacam speaker di ujung depan panggung and the combination with the songs itself, duh! Menyenangkan sekali untuk ditonton meskipun ga hafal lagu lagunya. Kali pertama menonton Sajama Cut and surely looking forward for the nexts.

Hari kedua sebenarnya ngga terlalu ambisius. Di list priority cuma ada 3 penampil. Ada 3 lagi di daftar "Good if can". Salah satu "Good if can"-nya adalah Scaller dan kebetulan can. Pertama kali nonton Scaller yang ternyata membawa banyak lagu dari album baru mereka. Satu kata: KAGUM. I didn't know that Reney Karamoy's guitar is that sick and Stella Gareth voice is that powerful. Bahkan sampai ada satu lagu baru mereka yang jadi earworm, sepulang konser sampai hari ini masih didengar terus. I think will come to their show again this weekend. 

Setelah menganga, kagum dengan riff riff gitar Scaller, kami pindah ke panggung band yg masuk list "Priority": Perunggu.
We were in the front row!!! Pertama kalinya saya ada di baris paling depan dan pertama kalinya menonton Perunggu setelah beberapa bulan ala ala karaoke menyanyikan lagu mereka di kamar. The feeling was surreal. Ya kayak karokean tapi sama bandnya langsung. They played all my favorite songs: Tarung Bebas, Biang Lara. Seneng banget sihhh, what an experience. Apakah akan front row lagi kali lain? Um, kayanya kalau mau ngoyo karokean aja hehehe.

Hari kedua ditutup dengan nonton Tulus yang suaranya haduh ternyata live bagus berkali lipat.
Heartwarming~ ditonton sambil makan malam menu sisaan tenant yg masih buka, udah pada abis semua.

Hari Ketiga: Minggu, 6 November 2022
Highlight hari ketiga: capek. My body isnt made for 3 festivals. I only watched BAP yang juga pertama kali dan keren banget. He's like very humble on the stage terus pake acara turun nyanyi bareng sama penontonnya di akhir. Dia juga cerita sedikit soal beberapa lagunya, termasuk the one that I listen the most "Same Shoes, No Company".

Sisanya ya goleran di rumput, makan, ngobrol, terus ga lama pulang karena kecapean.

Overall, i do enjoy the festival except the capek part. Kayanya ga bisa deh nonton festival lagi. I'm more to single performer show gitu sepertinya. 

Sebenarnya ya sedih juga, I will miss lots of festivals in JKT bcs I'll be moving to MY next month!!!! Another country unlocked. Yaudah lah ya, we'll see. Mana tahu di sana juga seru seru.

See you on my next post!

Love,
Dwika
Readmore → Wika in Joyland 2022

Sunday, October 23, 2022

What Changed Her?

I don't know what's the trigger. All I know is that I act differently this time.

She used to be that person who stays in her comfortable room, get food delivered to her place, having the least conversation and rarely walk around to see the neighbourhood when she first moved to a new place. She was too reluctant or shy or scared to have an interaction with human. It took so long until she finally open up herself. I don't know why.

This time, on her first day, she surprised herself. 
She walked around comfortably, dragging herself to see what's around, where she might sit and sip coffee (or choc). 
She even met and talk to people everyday on her first week in this city. 
I don't know what changed her. 

Is that the repeating Batur hiking? Is that the conversation she had with that guy from Bumble?

Mungkin karena ia baru menyadari, waktu yang ia punya di setiap tempat yang ia kunjungi sekarang bukan tidak terbatas. I just don't want to waste my time by just staying in my room while there are so many interesting places, persons around me. I want to see them all before I die. I have to!

I still don't know what change her, but sure I am happy that she starts writing again.

Maybe it's the conversations with guy from bumble and that surprisingly long conversation with her friend's little sister.

Fuck it. I'll start writing my feelings again. 

I'll go to those places I've never visited here in this city. And as an assignment, I'll write anything including my feelings in those places.

Wait for it :)
Readmore → What Changed Her?