Friday, January 12, 2018

Self Note 2018: Definisi Ulang

Ada banyak hal di dunia yang definisinya sudah baku. Terpaku. Semua orang merujuk pada satu definisi tersebut. Benar, salah. Baik, buruk. Cantik, tidak cantik. Pintar, bodoh. Di satu sisi definisi baku menjadi penting karena alangkah repotnya kita kalau semua hal dianggap relatif dan kita tidak bisa berpegang pada satu dasar solid atas pemahaman bersama.

Tapi untuk beberapa hal, apakah definisi itu harus dipaksa sama?

Hingga kuliah, definisi anak baik versi saya adalah mereka yang selalu mengerjakan tugas, ulangan dengan nilai yang bagus, memperhatikan guru, tidak bermain-main sepanjang pelajaran. Menjadi yang terbaik atau yang paling pintar di kelas adalah tujuan utamanya. Kalau ada yang menyimpang, tidak mau tahu, berarti anak itu bukan anak baik. Tidak serius. Titik.

Pintar itu apa sih? Apakah pintar hanya berarti nilaimu paling tinggi sekelas? Apa pentingnya dapat nilai paling tinggi kalau ternyata kamu tidak menyukai materi tersebut atau bahkan kamu tidak pernah paham dengan gunanya buat dirimu? Kalau kamu ternyata cuma bisa membual di kertas jawaban ujian tapi pada kenyataannya menggerakkan diri untuk berlaku seideal itu adalah ujian yang sebenarnya. Kenapa kemarin hanya terpaku dengan sekolah dan hal-hal yang didefinisikan sebagai hal-hal baik versi orang-orang?  

Rephrase. Redefine. Dua hal mendasar yang dilupakan. Setelah bernapas hampir 24 tahun, hari ini saya mendefinisikan kembali pintar sebagai mampu mengenali diri dan melakukan hal-hal yang kita butuhkan dengan baik. Semisal ketika mengenali diri yang inginnya jadi peneliti, makan lahaplah semua buku-buku sains di perpustakaan sekolah, mulailah dari pelajaran pelajaran sains di sekolah. Tapi ketika menurutmu kau hanya butuh hal-hal umum dari sains, buat apa buang-buang tenaga untuk dapat nilai 100 di ulangan Fisika? Celakanya, kau tak pernah benar-benar tahu apa yang kau inginkan. Seperti aku yang hanya ikut arus kompetisi, tidak mau malu mendapatkan nilai hanya sebatas lulus. Sampai-sampai menghabiskan banyak jam demi belajar Fisika dan pada akhirnya melupakan hal-hal yang aku sukai. Atau lebih miris lagi, sampai bahkan kau tidak punya waktu mencari tahu apa yang kau suka (?). 


Bekasi 12.01.2017 11.11

No comments:

Post a Comment