Friday, December 31, 2021
2021
Saturday, January 30, 2021
Hal-hal yang Kupelajari dari Kulit Wajahku (Nov 2020 - Jan 2021)
Fun fact: saya baru tahu basic skincare routine di usia 26 tahun!
Dari sana, saya mulai mengecek produk-produk (yang gak seberapa) yang saya pakai dan sadar kalau sepertinya cleasing step ala waktu itu ala kadarnya (cuci muka selalu buru buru), pelembab gak seberapa lembab (tanpa dibarengi produk lain yg melembabkan jg). Satu satunya yang bisa dibanggakan waktu itu ya cuma udah rajin pakai sunscreen. Sejujurnya, waktu itu sangat tergoda mau beli foreo karena berpikir kalau, "jangan jangan cuci mukanya kurang deep jadi banyak kotoran tidak terangkat. Mungkin kalau pakai bantuan alat bisa lebih bersih terus jerawatnya ilang". Untungnya karena Foreo mahal, saya urungkan niat dan meyakinkan diri untuk menghabiskan sedikit lebih banyak waktu untuk double cleasnsing.
Oh ya, beberapa tahun lalu saya sebenarnya pernah sudah pernah pakai micellar water (yang harganya agak mahal) untuk double cleansing tapi malah jerawatan. Dengan sok tau saat itu saya pikir kalau saya tidak cocok pakai micellar water. Ternyataaaaa, i did it wrong. lol. Micellar water ternyata harusnya dipakai sebelum cuci muka, bukan setelah. Haha. Kali kedua pakai micellar water dengan step yang benar, it does help!
Hasil dari basic routine ini tentu gak kelihatan dalam semalam (lihat foto Dokumentasi Fase Pertama). Harus konsisten, mau meluangkan waktu melakukan step yang benar dan meluangkan biaya untuk mengganti produk yang tidak cocok.
2. Exfoliate untuk meluruhkan kulit mati
Setelah yakin dengan rutinitas dasar di poin 1 sudah dilakukan dengan baik, akhirnya saya merasa perlu untuk step up ke exfo untuk mengikis kulit-kulit mati yang bisa menyumbat pori dan akhirnya bikin jerawat.
Dari pengalaman sebelumnya, saya pernah pakai physical exfo dengan scrub yang berujung muka jadi breakout. Saya juga pernah pakai chemical exfo the bodyshop yang sebenarnya cukup berefek waktu rajin dilakukan. Pernah juga pakai exfo paula's choice BHA 2% tanpa benar benar tahu cara kerjanya dan ga ngefek sama sekali. Dari situ saya mulai cek cek lagi, produk exfo apa yang harus dipakai kali ini.
Lagi lagi ini soal top of mind. Beberapa tahun lalu, Melo pernah cerita kalau dia pakai serangkaian produk Paula's Choice dan hasilnya ampuh untuk masalah jerawatnya. Saya tertarik mau coba lagi, apalagi kali ini ceritanya sudah cukup yakin dengan basic skincare.
Ternyataaaaaaa, it works!!!! (lihat foto Dokumentasi Fase Pertama)
Dokumentasi Fase Pertama: Oct-Nov 2020 |
3. Konsisten
Memasuki tanggal 20-an November, kulit saya mulai rewel lagi. Padahal step skincare yang saya lakukan masih sama. Saya curiga sih ini karena dua hal. Pertama pergantian musim ke summer dan lagi-lagi masalah hormon karena stress mau lulus hehe. Waktu itu saya tetap saja bertahan dengan rutinitas basic. Oh ya, penggunaan exfo juga saya lanjutkan tapi mengganti produknya ke jenis lain (BHA yang dulu pernah saya coba dan tidak ada efek) sekitar tanggal 20an Desember karena produk sebelumnya habis (travel size doang sih). Eh cocok juga dong ternyataaaaaaa. See the picture below!!!
Foto terakhir (26 Jan 21) diambil saat saya sudah sebulanan di Indonesia. Can u see the progress?? Jauh banget kaaaaaaan? I guess my hormone sudah agak tenang karena sekarang sudah lulus jg sih lol. Tapi perbaikan tekstur, bekas jerawat yang pudar??? All hail the hydration and some help from exfo sihhhhh.
Intinya ya mesti konsisten dengan si basic routine yg sudah baik itu. Usaha ngga akan mengkhianati. hehe.
Dokumentasi Fase Kedua: Nov 20 - Jan 21 |
4. Mencari produk yang sesuai
Tentu saja ini adalah step yang perlu usaha dan biaya karena cara paling gampang untuk tau produknya cocok atau engga adalah dengan dicoba. Sejujurnya saya gak belajar banyak soal kandungan-kandungan skincare, jadi keputusan beli produk ya banyakan dari liat klaim di kemasan mereka ._. Lagi lagi ini bukan untuk dicontoh ya. Akan sangat baik kalau mampu meluangkan waktu untuk belajar, membaca dulu apa yang sekenanya cocok untuk kebutuhan kita. Nah karena ketidakmampuan itu, saya mesti merelakan beberapa puluh dolar untuk produk-produk yang kurang cocok. Mulai dari pelembab yang kurang cukup menghidrasi hingga sheetmasks yang akhirnya tidak dipakai. Memang sih tidak sebanyak itu, tapi tetap saja sebal.
Dalam kasus saya, sangat gampang untuk membeli produk dari brand yang ada di top of mind saya. Dan biasanya ini adalah brand-brand yang pernah disebutkan cocok oleh teman terdekat yg saya percaya opininya dalam urusan per-skincare-an.
Satu hal yang sangat penting untuk dicatat: satu produk mungkin cukup lembab/efektif pada satu orang tapi mungkin tidak sama sekali pada orang lain. Kamu perlu mencari tahu sendiri produk mana yang cocok untukmu.
Sebagai penutup, mengenali kulit sendiri memang bukan hal mudah. Ini bahkan lebih sulit dari mengenali anatomi vagina saat belajar menggunakan menstrual cup. Jadi perlu kesabaran ekstra untuk belajarnya. Kalau mau cepat ya berarti perlu mencari bantuan profesional, yaaa.
Ditulis di Kota S
Tuesday, January 19, 2021
Bagaimana Membuat Proses Test Antigen di Balimed Buleleng Agar Lebih Efisien
![]() |
COVID-19 Antigen Test at Balimed Buleleng - Registration (as is) |
![]() |
COVID-19 Antigen Test at Balimed Buleleng - Test Day (as is) |
Thursday, December 31, 2020
2020
Sunday, June 28, 2020
Beralih ke Menstrual Cup
![]() |
Lunette Menstrual Cup |
![]() |
Laurier di situs klikindomaret |
![]() |
Libra di situs Coles |
![]() |
Sebagian cerita di instagram story saya |
1. Seperti tidak sedang menstruasi. It's a freedom!
2. Skill baru, butuh latihan
3. Mengenali vagina sendiri
4. Manfaat tambahan: lebih ramah untuk lingkungan
Sunday, December 29, 2019
2019: Sekali Menjadi Mahasiswa
"Karena 2019 adalah chapter baru hidup, saya berharap
1. Keberangkatan ke AU bisa berjalan lancar -- alhamdulillah lancar meskipun drama. tapi kenapa saya menulis ini sebagai resolusi ya? Aneh
2. Menjadi master students yang aktif dan outstanding (learn a lot of new skills in programming, to be a communicative student, get a cool internship) -- I did an internship in Waste4Change -- before I started my study -- and that's cool! Tapi no programming skills earned yet and still not that communicative although my group members said that I'm friendly :))
3. Membuat banyak koneksi baru!! -- i made some good connection, but still not as many as I expected. But then, i started to understand that I'm an introvert ._.
4. Strawsellate bisa jalan sendiri -- nah, i closed it down. this is the hardest part of 2019!! Ditutup karena Strawsellate terlalu kecil untuk diurus orang lain dan saya sayang sekali seperti anak sendiri. Jadi tidak mau sembarang titip.
5.Nonton banyak konser!--> Disiplin secara finansial: mulai menabung. (Update 13/1/2019) -- cuma nonton Rich Brian di Sydney, sudah mulai menabung meskipun masih sedikit.
6. Ke NZ -- pindah jadi akhir tahun ini.
7. Laptop baru -- sebenarnya bingung kenapa nulis ini di resolusi, padahal kan memang sudah jelas-jelas direncanakan dalam daftar belanja.
8. Membuat program yang bermanfaat untuk kampung -- hehe, belum"
Wednesday, October 30, 2019
Minggu Ketujuh
Monday, October 7, 2019
Belum Tidur
Ini minggu kesepuluh saya di Kingsford. Sudah selesai Introductory Academic Program, sudah masuk minggu ke-4 perkuliahan, sudah submit tugas pertama yang diketik dengan susah payah karena motivasinya susah sekali terkumpul, sudah tidak dingin lagi di sini, sudah ke Auburn jadi ralawan konservasi, tapi masih kadang sedih karena beberapa hal yang sama. hehe.
Setiap kali orang bilang,"udahlah, banyak yang lain, kok." Jawaban saya masih konsisten, "waktu kalian dulu selesai memangnya langsung bisa lupa? kan saya baru dua bulan." Begitu kira-kira pembelaan saya. hehe.
Hari ini memutuskan menulis karena rasanya butuh bercerita tapi harus diakui kalau umur 25 itu teman teman di sekitar kita juga sedang susah susahnya dengan masalah masing masing. Jadi rasanya tidak adil saja kalau saya merengek minta didengarkan dan di-"puk-puk"
Oh ya, saya akhir pekan kemarin saya melakukan beberapa hal kecil yang ternyata bikin punya arah baru! Ada dua hal sebenarnya. Pertama, mulai mengirim kode kepada dosen saya di kampus lama untuk bisa diajak mengajar. hehe.
Sebenarnya ini benar-benar tidak direncanakan sih. Jadi Jumat kemarin dosen di salah satu mata kuliah saya mengingatkan tentang pentingnya online presence bukan hanya di linkedin, tapi juga di sosial media lainnya. Beliau bilang soal biarkan orang tahu tentang dirimu sebatas yang kamu rasa nyaman dengan itu. Misalnya kalau kamu suka kucing ya, gak masalah kamu post foto kucing dan suka bahas kucing di instagram atau twittermu. (iya, ini mungkin hal yang semua orang tahu. tapi saya beberapa waktu belakangan cukup tertutup di media sosial karena takut orang lain--yang tidak saya kenal--tahu sisi lain diri saya). Kemudian di sesi tutorial, tutornya mengemukakan kalau sebenarnya komunikasi itu lebih mudah ketika kamu mengenal dirimu sebagaimana juga orang lain mengenal kamu. Authenticity. Gak ada yang salah dengan itu, bahkan di banyak kasus malah membantu.
Kemudian malamnya, entah karena angin apa, saya mengirim pesan pada rekan kerja di tempat lama. Kami tidak terhubung di instagram, tapi saya kirim direct message lewat instagram. Dia bilang, "kamu bener di australia kan dwika?" Kalimat itu membuat saya berpikir lagi, sepertinya ada yang salah ya dengan branding saya hahaha. Saya putuskan untuk upload 1 foto di feed dengan caption seadanya dengan tujuan mau mengabarkan saja kalau saya sudah di sini. naif sekali haha.
Foto tanpa intensi lebih ini ternyata menjadi tempat bagi saya dan ibu dosen di tempat lama untuk menyapa dan berbincang. Siapa sangka setelah beberapa minggu lalu saya berucap "gimana ya caranya ngode biar diajak ngajar?" ke seorang teman dekat, tiba tiba yang beliau yang muncul duluan!! Ajaib sekali.
Saya memang berencana mengajar di kampus lama sejak beberapa minggu belakangan. Tujuan hidup seperti diacak-acak. Belakangan saya bermimpi untuk menjadi pengajar paruh waktu dan tetap bekerja sebagai mba mba pabrik untuk beberapa waktu (sekalian menghabiskan sisa kontrak).
Kedua, mengirim lamaran magang ke perusahaan event untuk musim panas nanti. Saya juga sedikit bingung kenapa doyan sekali magang. Sebelum berangkat kemarin magang di Waste4Change lah, ini sekarang liburan musim panas 2 bulan juga mau dibuat magang. Tapi bukan tanpa sebab kok! Saya memang berniat belajar soal event karena mau bikin sendiri satu hari nanti, setelah lulus kuliah, mungkin.
Sempat terpikir juga untuk tetap tinggal di Sydney selama musim panas jadi casual worker. Lumayan untuk tambah-tambah jajan. Tapi...karena saya ternyata juga oportunis, pikirannya berubah menjadi "mumpung ada kesempatan dan safety net, kenapa tidak mengerjakan hal yang kamu suka dan memang ingin coba?"
Tapi sebenarnya sih harapannya agak tipis. Saya tidak terlalu yakin email-email itu akan dibalas. Apalagi dengan kondisi tidak punya portofolio kreatif. Tapi siapa tahu? Ya, kan? Setidaknya sudah mencoba. Mana tahu saya beruntung dan Sarah Deshita mau berbaik hati membolehkan saya magang di Ismaya Live. Amin!
Ceritanya itu saja sih. Saya jadi lebih semangat buat cepat-cepat menyelesaikan kuliah sekarang. Cepat lulus, pulang dan mengejar semua hal hal menyenangkan.
Oh ya, daylight saving time sudah dimulai sejak kemarin pagi. Jam di sini jadi lebih cepat 1 jam. Beda waktu Jakarta-Sydney jadi 4 jam. Menyebalkan sekali. Waktu adalah fana teman teman!! hahaha
Selamat istirahat semua.
Kingsford, 7 Oct 2019 02.32